Pixel Codejatimnow.com

Melihat Peninggalan Sejarah Simbol Kesuburan di Dusun Ngadiro Ponorogo

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Mita Kusuma
Batu Yoni di Dusun Ngadiro, Kecamatan Jenangan, Ponorogo. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)
Batu Yoni di Dusun Ngadiro, Kecamatan Jenangan, Ponorogo. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)

Ponorogo - Sebuah artefak peninggalan zaman kerajaan kuno, terdapat di Dusun Ngadiro, Desa Pintu, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.

Batu berbentuk kubus 1x1 meter tersebut dikenal dengan Yoni yang ipercaya sebagai lambang kesuburan mengingat bentuknya menyerupai kelamin wanita.

Kepala Dusun Ngadiro Imam Basuki menjelaskan, batu Yoni sedianya tak pernah sendiri, di dekat batu itu ada pula batu Lingga.

"Dulu lengkap ada Lingga dan ada Yoni. Tapi ada yang mencuri. Makanya adanya Yoni saja. Juga ada Lingga tapi duplikatnya yang dipasang di atas Yoni," ujar Kepala Dusun Ngadiro, Imam Basuki, Minggu (16/1/2022).

Batu Lingga, tambah Imam, merupakan simbol kejantanan pria. Benda peninggalan tahun 1300 silam itu dipercaya mampu meningkatkan kesuburan bagi siapa saja yang meminum air yang berada di batu Yoni.

Air yang dimaksud, lanjut Imam, diyakini sebagai air yang berasal dari dewa.

"Karena ini bentuknya kesuburan, perempuan umat Hindu yang belum mempunyai keturunan ke sini," jelas Imam.

Baca juga:
BPK XI Jatim Kaji Tugu Tapal Batas di Kayunan Kediri

"(Pengunjung) memuja di sini, diyakini sebagai sperma dewa. Sejak tahun 1300 itu," tambahnya.

Batu Yoni di Desa Pintu, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo diyakini mampu menyuburkan. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com) Batu Yoni di Desa Pintu, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo diyakini mampu menyuburkan. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)

Pengunjung yang datang ke Dusun Ngadiro, mayoritas adalah wanita, pasangan suami istri, atau rombongan, namun kebanyakan bukanlah warga sekitar.

"Kalau buktinya (meningkatkan kesuburan) saya belum tahu ya. Karena ketika mereka pulang tidak ada yang kembali untuk cerita. Entah berhasil atau tidak," beber Imam.

Baca juga:
Melihat Tugu Tapal Batas Era Prabu Kertajaya di Kayunan Plosoklaten Kediri

Sekitar tahun 1900, warga sekitar kerap melakukan pemujaan setiap malam Jumat pon. Di mana dilakukan dzikir dan tahlil secara bersama-sama.

"Tapi sekarang sudah tidak ada. Ya cuma kalau datang ke sini orang luar kota," pungkasnya.

Saat ini pemerintah desa setempat sedang melakukan pembangunan. Harapannya, Dusun Ngadiro bisa menjadi tempat wisata sejarah bagi siapa saja yang penasaran dengan cerita batu Lingga dan Yoni.