Pixel Codejatimnow.com

Pilu Bayi Berkelamin Ganda di Surabaya, Tak Bisa Operasi karena Kurang Gizi

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Ni'am Kurniawan
Laila Fitriyah saat dipangkuan Yuliani, ibunya. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Laila Fitriyah saat dipangkuan Yuliani, ibunya. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Surabaya - Kondisi memilukan dialami balita Laila Fitriyah (1,5) bertempat tinggal di Jalan Tanjungsari, Jaya Bakti No 57, Kota Surabaya.

Putri dari pasangan Surahman dan Yuliani itu, mengidap kelainan kelamin ganda sejak lahir. Sayangnya, Fitriyah tak bisa segera ditangani karena kekurangan gizi.

"Pernah nanya ke dokter di Dr Soetomo, itu nunggu anaknya sehat, sama berat badannya naik dulu, kalau anaknya stabil sehat, berat badannya naik nanti akan dilakukan tindakan selanjutnya. Jadi untuk sementara kita nunggu kondisi anak," ujar Surahman, ayah Fitriyah saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/2/2022) malam.

Fitriyah yang lahir melalui proses persalinan normal di rumah sakit, sempat disarankan oleh dokter untuk dirujuk ke RS Dr Soetomo guna menjalani perawatan intensif pasca temuan kelainan kelamin ganda.

"Jadi saat dia lahir langsung dirujuk ke Dr Soetomo, langsung diperiksa, tes darah ternyata kondisinya normal ndak papa, cuma nginep satu malam aja terus pulang," terang Surahman.

Satu bulan pasca lahir, lanjut Surahman, anaknya mulai menunjukkan gejala kurang sehat. Beberapa kali Fitriyah demam tinggi, muntah-muntah, hingga tak mau minum asi.

Baca juga:
Begini Cara Kepala Puskesmas Babadan Ponorogo Gugah Kesadaran Masyarakat Atasi Stunting

"Setelah hampir satu bulan, baru dia ada tanda-tanda mulai muntah, panas, nggak mau minum susu. Nah itu baru dokter mengutarakan kalau ini anaknya kelaminnya ganda ini harus minum obat terus soalnya hormonnya ini kurang bekerja dengan baik. Jadi harus diperiksa semua," urainya.

Dokter mendiagnosa Fitriyah tergolong dalam balita CAH (Congenital Adrenal hyperplasia), yakni penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia).

"Selama satu minggu habis itu kondisinya membaik, satu minggu dia sakit lagi. Lalu kembali ke RS BDH dirujuk ke RD Dr Soetomo karena peralatannya kurang memadai kondisinya anak ini, jadi selama dirujuk baru setelah itu dokternya meriksa," lanjut Surahman.

Baca juga:
Faktor Ekonomi Jadi Pemicu Bayi Berkelamin Ganda di Surabaya Tak Bisa Operasi

Surahman mengatakan, dokter tak berani melakukan operasi terhadap putrinya karena kondisi berat badan yang kurang. Apalagi dirinya, berpenghasilan tak menentu sehingga tak bisa memenuhi gizi anaknya.

"Sekarang lagi nggak kerja, (kerja) bangunan kadang ya kerja kalau ada, kalau nggak ada ya nggak kerja. Kalau bangunan sehari paking dapat seratus (ribu)," kata Surahman.

Saat ditemui di rumahnya, kondisi Fitriyah memang cukup memprihatinkan. Balita manis ini tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya yang masih berumur 12 tahun. Sesekali Fitriyah tampak bermain di rumah petak seluas 3x3 meter.