Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri pengukuhan Dewan Pembina dan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) masa bakti 2022-2027. Acara berlangsung di Hotel Best Western Papilio, Surabaya, Sabtu (19/3/2022).
Kepada para pengurus, Khofifah berpesan untuk memanfaatkan transformasi digital dalam proses produksi tanam, panen sampai penggilingan tebu. Dengan adanya sistem digital, para petani dapat meningkatkan kualitas bibit tebu untuk ditanam, musim panen, hingga ke pabrik gula saat antrean penggilingan agar lebih produktif dan efisien.
“Jadi digitilasi sistem ini memuat data apa saja yang bisa memberikan informasi terkait produksi tebu. Kalau ini terkoneksi antara satu petani tebu dengan yang lain, maka akan memudahkan pemetaan dan pengaturan. Mulai cari bibit yang baik, kapan saat panen agar antrean saat penggilingan tidak terlalu lama, serta kadar rendemen gula yang transparan,” katanya.
Selain memanfaatkan teknologi digital, Khofifah juga meminta APTRI melakukan koordinasi dan sinergi dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) serta dengan pabrik gula. Hal ini untuk menjalin kemitraan saling menguntungkan dan menguatkan. Utamanya dalam penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.
“Jadi pabrik gula juga sebagai industri pengolah hasil perkebunan. Komunikasi dan koordinasi baik dengan pabrik gula maupun PTPN harus terjalin dengan baik. Sehingga segala masalah yang ada bisa dicarikan solusi dan komunikasi terbaik,” ujarnya.
Tidak kalah pentingnya, para petani tebu harus melakukan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian. Tujuannya untuk menghasilkan bibit tebu yang berkualitas, terutama kadar rendemen. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen.
“Jadi bila bibitnya baik, berkualitas baik, bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik. Jadi ini harus dikoordinasikan dengan instansi terkait terutama soal bibit tebu,” terangnya.
Baca juga:
Ini Cara Anggota DPRD Agus Wicaksono Dorong Produktivitas Petani Lumajang
Sekitar 95 persen petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Artinya mereka bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN harus terkonsolidasi dengan baik.
“Sinergi ini tentunya untuk memberikan proteksi terhadap petani tebu. Misalnya jika petani tebu sedang panen, ya jangan digiling bersamaan dengan raw sugar yang diimpor. Ini harus dimanage dengan baik untuk memproteksi para petani tebu yang sebagian besar adalah petani rakyat,” ujar Khofifah.
Sebagai informasi, produksi tebu di Jatim mencapai 14.767.763 ton dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton pada 2021. Jumlah produksi gula mencapai 46,25 persen dari keseluruhan produksi gula nasional. Hingga saat ini, Jatim menjadi provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APTRI H. Arum Sabil mengatakan bahwa pelaksanaan munas dan pengukuhan pengurus APTRI dilakukan di Jatim karena merupakan basis pabrik gula dan basis petani tebu. Luas perkebunan tebu di Jatim kurang lebih hampir mencapai 50 persen luas perkebunan tebu nasional.
Baca juga:
Hari Krida Pertanian 2024, Pemkab Jember Luncurkan J-Sultan
“Jatim barometer dan kunci kebangkitan gula nasional. Ke depan, kami juga berharap agar swasembada gula di Indonesia benar-benar bisa terwujud,” harapnya.
Pada kesempatan ini, turut dilakukan Pengukuhan Dewan Pembina dan Pengurus APTRI masa bhakti 2022-2027. Adapun susunannya, Ketua Dewan Pembina H. Arum Sabil, Ketua Dewan Kehormatan H. Abdul Wachid, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat H. Fatchuddin Rosyidi, Sekretaris Umum H. Sunardi Edi Sukamto, serta Bendahara Umum I Made Windu.
Turut hadir Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Ardi Praptono, Direktur PTPN X Tuhubangun, Direktur PTPN XI Tulus Pandu Wijaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo, serta Kepala Dinas Perkebunan Jatim Heru Suseno.