Pixel Codejatimnow.com

Ratusan Remaja Umat Hindu Ikuti Tradisi Potong Gigi, Begini Ritualnya

Salah satu peserta upacara tradisi potong gigi.
Salah satu peserta upacara tradisi potong gigi.

jatimnow.com - 111 remaja putra dan putri umat Hindu mengikuti pelaksanaan tradisi potong gigi adat Bali atau yang biasa di sebut mesanggih, mepandes, dan matatah di pura Agung Jagat Karane Surabaya pada Minggu (8/7/2018).

Sebanyak 111 peserta merupakan umat yang ada di Surabaya, Batam, Jakarta, Tuban dan Bali.

Ketua pelaksana upacara I Made Wisana (50) menjelaskan, potong gigi merupakan salah satu adat sakral dan wajib dilakukan oleh setiap remaja yang akan beranjak dewasa bagi umat Hindu, yang bermakna untuk menghilangkan 6 sifat buruk umat manusia.Tanda untuk remaja adalah sudah mengalami akhil baligh.

"Tandanya jika perempuan sudah mulai mengalami menstruasi, sedangkan laki-laki ketika suaranya sudah berubah. Selain itu, potong gigi ini juga bertujuan mengantarkan anak menuju niskala, yakni hidup sebagai orang dewasa." lanjutnya.

Wisana mengatakan dalam upacara potong gigi ini dipusatkan di Surabaya, di Pura Agung Jagat Karane dan merupakan kegiatan periodik yang sudah berjalan selama 5 tahun sekali. Namun tak menutup kemungkinan jika diadakan 1 tahun sekali.

"Sifat-sifat buruk itu antara lain nafsu, keserakahan, kemarahan, mabuk-mabukan, angkuh, iri dan dengki. Maknanya adalah untuk menghilangkan itu," terang I Made Wisana disela-sela upacara potong gigi.

Baca juga:
Petrokimia Gresik Tambah Pasokan Gas untuk Optimalkan Produksi Pupuk Nasional

Wisana juga menjelaskan untuk menghilangkan sifat buruk, para remaja tersebut akan dipotong giginya sebanyak 6 buah, yakni dua gigi taring dan empat gigi seri.

“Jadi tidak semua seperti yang di bayangkan, ini hanya beberapa saja untuk menghilangkan sifat-sifat buruk dari setiap sifat pribadi manusia” ujarnya.

Dalam upacara ini jumlah peserta mengalami peningkatan dari tahun lalu 108 menjadi 111 peserta yang tentunya menjadi evaluasi tahun lalu

"Berusaha meningkatkan minat. sekarang ada dokter gigi, ada dua dokter yg sebagai manager untuk mengarahkannya. Dari kesehatan juga terjamin. Dokter spesialis giginya dari keluarga pura sendiri," tambah Wisana.

Baca juga:
Gempa 4,6 M di Perairan Bali Terasa hingga Banyuwangi

Peserta upacara Ni Made Yuni Ismawardani (24) mengatakan, bahwa upacara ini merupakan yang dilakukannya pertama kali untuk seumur hidup. "Saya deg-deg kan, tapi juga senang. Karena kewajiban orang tua sudah lepas dan menjadi manusia sepenuhnya. Ya semoga nanti bisa menjadi lebih baik dan lebih dewasa lagi," tandas Yuni.

Reporter: Arry Saputra
Editor: Erwin Yohanes