Pixel Codejatimnow.com

Peternak Ayam di Kota Batu Berharap Pemerintah Melek Peredaran Telur Infertil

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Titan
Peternak ayam petelur di Kota Batu (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)
Peternak ayam petelur di Kota Batu (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)

Kota Batu - Peredaran telur infertil membuat peternak ayam petelur di Kota Batu was-was. Sebab selain berbahaya bagi kesehatan, telur itu bisa menganggu harga pasar.

Untuk itu, para peternak berharap adanya ketegasan untuk mencegah peredarannya di Kota Batu. Seperti yang disampaikan Penasihat Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Ludi Tanarto.

Dia menilai, peredaran telur infertil melanggar Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

"Dalam pasal 13, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi," ungkap Ludi, Selasa (31/5/2022).

Menurut Ludi, rata-rata telur tersebut berasal dari perusahaan besar dan dalam pasal itu menegaskan integrator dilarang menjual telur infertil.

"Jadi perusahaan itukan punya pembibitan ayam yang kemudian bertelur. Nah, telurnya ini ditetaskan lalu dijual ke peternak. Pada kondisi tertentu, dia tidak jual anak ayam, tapi telur. Seharusnya itu dilarang," imbuhnya.

Baca juga:
Truk Bermuatan 2,4 Ton Telur Infertil di Mojokerto, 1 Orang Ditetapkan Tersangka

Untuk ciri telur infertil, biasanya warna agak keputihan, kulit telur tipis, dalam telur encer dan kadang berbau. Dia berharap ada ketegasan dan kepedulian dari pemerintah karena di daerah lain aturan itu sudah diberlakukan.

Namun di Kota Batu sendiri, dirasa tidak ada upaya tersebut. Bila dibiarkan kondisi ini bisa menganggu keberadaan para peternak ayam petelur.

"Sebab paling utama tidak stabilnya harga, karena pemerintah tidak tegas mengatur tata niaga. Kalau pemerintah tegas, ketika ada fluktuasi tidak akan tajam sekali," jelas dia.

Baca juga:
Truk Bermuatan Telur Infertil Diamankan di Mojokerto

Untuk diketahui, saat ini harga telur dari peternak Rp 24 ribu, distributor ke toko Rp 25 ribu. Penjual di toko ke konsumen Rp 26 ribu. Jadi untung yang diterima dari hulu sama, yakni Rp 1000.

"Lalu untuk biaya produksi dalam sehari setiap ekor membutuhkan rata-rata 125 gram pakan campur konsentrat, jagung, dan bekatul," tutupnya.