Surabaya - Tidak bisa dipungkiri, banyak kaum Adam yang resah ketika menghadapi problem disfungsi ereksi, libido rendah dan infertilitas.
Namun, kini kaum Adam tak perlu khawatir. Sebab problem itu bisa diselesaikan dengan probiotik yang seimbang.
Hal itu dibedah dalam seminar untuk para dokter Asosiasi Sexolog Indonesia (ASI) Surabaya, di Resto New Pelabuhan, Kendangsari pada Selasa (12/7/2022) lalu. Peneliti Probiotik di AMRO Institute Surabaya, Ge Recta Geson menjadi salah satu yang hadir di sana.
Recta menyebut, mikrobiota adalah komunitas ekologis mikroba dalam tubuh terutama usus. Usus yang sehat memiliki mikrobiota yang beragam dan seimbang. Apabila usus sehat, maka semua organ menjadi sehat. Ada interkoneksi antara usus dengan semua organ (gut-all organ axis).
Manakala Patogen (mikroba yang merugikan) mengambil alih dominasi Probiotik (mikroba yang menguntungkan), maka terjadilah ketidakseimbangan. Sementara kerusakan mikrobiota menjadi kurang beragam atau tidak seimbang menjadi Dysbiosis.
Dysbiosis biasanya ditandai dengan menipisnya lapisan lendir (mukus) penutup dinding usus. Juga sel epitel penyusun dinding usus merenggang. Akibatnya bisa erjadi kebocoran dinding usus (leaky gut).
Leaky gut menyebabkan terjadinya translokasi patogen dan metabolitnya dari usus ke dalam pembuluh darah dan tersebar ke seluruh organ tubuh melalui peredaran darah. Infeksi patogen pada organ tertentu menjadi penyakit infeksi. Mertabolit patogen menyebabkan terjadinya keradangan derajat rendah, sistemik, dan dalam jangka waktu yang panjang menjadi keradangan kronis.
Ragam riset terkini membuktikan keradangan kronis akibat dysbiosis menjadi penyebab semua penyakit. Hipertensi, Diabetes Melitus Type 2, Atherosclerosis, Disfungsi Ereksi, Libido Rendah dan Infertilitas pada pria disebabkan oleh keradangan kronis.
Hiperaktivitas fisik atau pikiran menghasilkan banyak radikal bebas. Sebaliknya ketersediaan antioksidan yang merupakan metabolit probiotik berkurang pada keadaan dysbiosis. Radikal bebas yang tidak dinetralisir oleh antioksidan ini mengakibatkan hipertensi dan kerusakan pembuluh darah.
Efek Radikal Bebas
Radikal bebas mengikat NO menjadi peroksinitrit. NO fungsinya melebarkan pembuluh darah sedangkan peroksinitrit menyempitkan pembuluh darah. Menyempitnya pembuluh darah karena berkurangnya ketersediaan NO ini menaikkan tensi darah.
Lebih buruk peroksinitrit mengoksidasi protein arginin, tyrosin yang merupakan bahan baku pembuatan NO oleh enzim eNOS. Enzim eNOS tanpa protein ini justru menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas diperbanyak lagi hasil peroksidasi lemak oleh peroksinitrit.
Peneliti Probiotik di AMRO Institute Surabaya, Ge Recta Geson (berdiri) bersama para dokter Asosiasi Sexolog Indonesia (ASI) Surabaya
Kecepatan aliran darah pada hipertensi membuat protein arginin, tyrosin tidak dapat menempel pada endotel (dinding penbuluh darah). Enzim eNOS tanpa protein tersebut justru menghasilkan radikal bebas. Akumulasi radikal bebas inilah yang merusak pembuluh darah.
Baca juga:
Membangun Kesehatan Promotif Preventif dengan Functional Medicine
Keradangan kronis akibat LPS, TMAO (metabolit patogen) dan radikal bebas, yang ditandai dengan kenaikan TNF-alpha mengakibatkan Resistensi Insulin, penyebab Diabetes Melitus Type 2.
Ikatan antara Insulin dengan reseptornya pada dinding sel tidak dilanjutkan dengan produksi protein GLUT-4 yang merupakan pintu masuk gula kedalam sel. Sel kurang mendapat asupan gula sehingga gula tetap tinggi dalam darah (hiperglikemia).
Reaksi glikasi protein oleh gula menghasilkan Advanced Glycation End Products (AGE) dan radikal bebas. Ikatan antara AGE dengan reseptor pada dinding sel menghasilan tambahan radikal bebas dengan mengaktivasi enzim NADPH Oksidase.
Resistensi insulin tidak saja berakibat hiperglikemia tapi juga hipertrigliserida karena aktivasi Hormon Sensitive Lipase pada jaringan lemak.
Radikal bebas menyebabkan oksidasi ion kalsium lalu membentuk kerak (plaque) pada endotel. Plaque mudah ditempeli lemak LDL dan trigliserida membuntu pembuluh darah yang dinamakan atheroclerosis.
Bisa disimpulkan kerusakan pembuluh darah disebabkan oleh hipertensi, diabetes melitus type 2 dan atheroclerosis.
Disfungsi Ereksi
Baca juga:
Probiotik Multistrain, Solusi Aman dari Infeksi Virus dan Patogen saat Umroh
Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi cukup lama untuk melakukan hubungan seksual. Penyakit ini bisa diderita pria pada semua usia meskipun prevalensinya semakin besar seiring usia.
Disfungsi ereksi sebagai akibat kerusakan pembuluh darah yang menopang organ kemaluan sehingga aliran darahnya berkurang menjadikan kemaluan tidak dapat tegang maksimal atau lembek.
Suplementasi probiotik multistrain merestorasi dysbiosis menjadi beragam dan seimbang (eubiosis). Antioksidan yang dikandung probiotik multistrain dan terus diproduksi dalam usus dapat menetralisir radikal bebas, LPS dan TMAO, lalu keradangan kronis mereda dan resistensi insulin diperbaiki. Ketersediaan NO cukup, peroksinitrit berkurang melebarkan pembuluh darah dan pada gilirannya tensi darah turun menjadi normal.
Riset terkini membuktikan bahwa kadar testosteron semakin berkurang seiring keparahan dysbiosis. Libido berkurang seiring penurunan kadar testosteron. Di sinilah merestorasi dysbiosis menjadi eubiosis dapat memodulasi testosteron dan pada gilirannya kadar testosteron normal dapat memperbaiki libido.
Riset terkini lainnya membuktikan proses spermatogenis dipengaruhi oleh mikrobiota. Dysbiosis menyebabkan berkurangnya jumlah spermatozoa dan penurunan motilitasnya. Merestorasi dysbiosis menjadi eubiosis dapat memperbaiki fertilitas pria.
Nah, PRO EM-1 mengandung probiotik multistrain yang hidup dan metabolit aktifnya dengan masa simpan yang panjang. Bersama mikroba alami dalam usus membentuk mikrobiota yang beragam dan seimbang (eubiosis).