Pixel Codejatimnow.com

Cuaca Tidak Menentu, Petani Tembakau di Bojonegoro Terancam Gagal Panen

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Misbahul Munir
Suitno, petani tembakau asal Kepohbaru saat tengah merawat dengan memberi pupuk ke tanaman.(Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Suitno, petani tembakau asal Kepohbaru saat tengah merawat dengan memberi pupuk ke tanaman.(Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

Bojonegoro - Kondisi cuaca tidak menentu membuat petani tembakau di Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, menjadi was-was. Pasalnya hujan beberapa waktu lalu membuat tembakau menjadi layu. Alhasil membuat para petani harus merogoh kocek lebih untuk biaya perawatan.

Hal tersebut disampaikan Japar (68), petani tembakau asal Kecamatan Kepohbaru. Sebanyak 1.500 pohon tembakau miliknya layu akibat hujan deras pada Sabtu (13/8) dan Minggu (14/8) lalu. Dia pun merasa was-was karena jika hujan datang lagi tanaman tembakau bisa mati.

"Ini mulai pulih mas, sudah hijau lagi. Ada hujan lagi ya tidak tahu bisa bertahan atau tidak," kata Japar saat di temui jatimnow.com, Jumat (19/8/2022).

Hal serupa juga dialami petani tembakai di Kecamatan Kepohbaru lainnya, Suitno. Ia mengaku seluruh tembakau di 4 petak sawah miliknya menjadi layu akibat terendam air. Berbagai cara dilakukan untuk membuat tembakau menjadi sehat. Di antaranya dengan memberikan pupuk dan obat tanaman.

"Kalau kondisinya seperti ini, otomatis biaya perawatan juga bertambah. Mestinya beberapa minggu lagi sudah bisa panen pertama. Sekarang harus menunggu dulu sampai kondisi tembakau sehat lagi," ungkapnya.

Suitno menjelaskan, tanaman tembakau identik dengan cuaca kering. Jika terlalu banyak air akan menyebabkan layu, kualitasnya pun menjadi kurang bagus.

Baca juga:
Disbun Jatim Fokus Kembangkan Inovasi Tingkatkan Produksi Komoditi Perkebunan di 2024

"Harapannya semoga cuaca semakin baik dan harga jual tembakau tahun ini juga naik," pungkasnya.

Terpisah, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro Imam Nur Hamid Arifin meminta penyuluh pertanian tingkat kecamatan untuk mengimbau kelompok tani agar membuat saluran air. Sekaligus meninggikan gulutan di petak sawah masing-masing. Harapannya bila sewaktu-waktu turun hujan tidak menyebabkan genangan air yang dapat merendam tanaman tembakau.

"Memang sebagian ada yang layu akibat hujan, tapi masih bisa dipulihkan. Artinya tidak sampai mati. Kami juga melakukan pemantauan dengan berkeliling ke sejumlah wilayah penghasil tembakau, seperti Kecamatan Kepohbaru, Boureno, Kedungadem, Sukosewu dan lainnya. Ditambah bantuan pupuk fertila khusus tembakau juga telah disalurkan," terangnya.

Baca juga:
Petani di Tulungagung Sepakat Tolak Pasal Pertembakauan RPP Kesehatan

Sementarauntuk harga jual, pada dua minggu lalu untuk tembakau rajangan panen 1 dan 2 berkisar Rp18 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram (kg). Harga itu masih bagus.

"Kalau saat ini, kami belum tahu berapa harganya. Karena harganya naik turun tergantung kualitas, semoga saja tetap bagus," ucapnya.