Pixel Codejatimnow.com

Murid SD di Jombang Mainkan Drama Kolosal Pertempuran Surabaya, Begini Aksinya

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Elok Aprianto
Murid SDN Brudu 1 saat memainkan drama kolosal Pertempuran Surabaya.(Foto: Elok Aprianto)
Murid SDN Brudu 1 saat memainkan drama kolosal Pertempuran Surabaya.(Foto: Elok Aprianto)

Jombang - Murid SDN Brudu 1, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, punya cara tersendiri dalam memeriahkan HUT ke-77 RI. Mereka memainkan drama kolosal "Pertempuran Surabaya". Drama kolosal yang memperagakan perjuangan arek-arek Surabaya melawan tentara Belanda itu dimainkan para murid dan guru di lapangan SD setempat, Sabtu (20/8) pagi.

Pendamping dari Rumah Merdeka, Mohamad Alfansuri mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai perjuangan para pahlawan terdahulu dalam melawan Belanda. Peperangan yang diperagakan adalah arek-arek Surabaya saat melawan tentara Belanda dan Inggris.

"Kami memulai dari adegan peristiwa sebelum ada penjajahan, kemudian masuknya penjajah, dan perubahan suasana saat itu," ungkap Alfan.

Murid SDN Brudu 1 saat memainkan drama kolosal Pertempuran Surabaya.(Foto: Elok Aprianto)Murid SDN Brudu 1 saat memainkan drama kolosal Pertempuran Surabaya.(Foto: Elok Aprianto)

Menurut Alfan, perubahan situasi saat itu dengan datangnya tentara Belanda dan ultimatum dari tentara Inggris membuat arek-arek Surabaya tidak terima dan terjadi perlawanan. Sajian drama kolosal diharapkan agar mampu memberikan edukasi sejarah dengan seni peran.

Baca juga:
Kediri Nite Carnival 2023 Pecah, Romansa Rama dan Shinta GG Sihir Warga

"Anak-anak ini mencoba memerankan arek-arek Surabaya yang memberontak terhadap tentara Belanda dan Inggris di peristiwa 10 November 1945. Mengajak anak-anak belajar sejarah. Selain itu, kami juga berusaha melibatkan anak-anak dalam media pertunjukan. Konsep media pertunjukan ini adalah memerdekakan anak-anak, menjadikan anak sebagai subjek bukan obyek," paparnya.

Saat ditanya apakah ada kendala dalam memainkan drama kolosal tersebut, Alfan mengaku banyak hal tak terduga dalam pelaksanaan drama. Pasalnya, ada sejumlah hal yang muncul secara tiba-tiba tanpa terkonsep.

Baca juga:
Teatrikal Perobekan Bendera, Ini Makna Filosofinya

"Kalau kesulitan, tidak. Tapi ya anak-anak seperti ini, pertama kali latihan ada selalu perkembangan. Karena kami tidak menjadikan anak-anak ini sebagai aktor tapi pada bermain peran. Saat tampil tadi ada anak-anak yang tertawa, kemudian berguling-guling, ya begitulah seharusnya anak-anak dan itu ciri khas anak-anak," pungkasnya.