Pixel Code jatimnow.com

Menikmati Lodeh Barongan Seharga Rp5 Ribu di Mojokerto

Editor : Sofyan Cahyono   Reporter : Achmad Supriyadi
Seorang pembeli saat menikmati lodeh barongan yang berada di Dusun Sasap, Desa Modongan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.(Foto: Nor for jatimnow.com)
Seorang pembeli saat menikmati lodeh barongan yang berada di Dusun Sasap, Desa Modongan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.(Foto: Nor for jatimnow.com)

Mojokerto - Makan di kafe atau restoran mungkin sudah biasa. Tapi pernahkan Anda merasakan sensasi makan di ladang bambu atau barongan? Menu nasi sayur lodeh yang ditawarkan pun murah meriah, yakni Rp5 ribu per porsi.

Tempat makan tersebut berada di Dusun Sasap, Desa Modongan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Lantaran warungnya berada di area ladang bambu, menunya pun diberi nama lodeh barongan. Suasana nyaman, sejuk dan asri bisa dirasakan pembeli saat menyantap lodeh dengan lauk tahu, tempe goreng dan kerupuk. Anda juga bisa menambahkan lauk seperti ikan asin, pindang dan telur.

"Sajiannya hanya lodeh saja. Kalau tanpa lauk tambahan, harganya Rp5 ribu saja," kata pemilik warung Muhammad Anshori, Kamis (25/8/2022).

Pria berusia 31 tahun yang akrab disapa Mbah Rasta itu mengungkapkan, awal mula usaha yang dikelolanya hanya tempat tongkrongan komunitas pencinta Vespa. Sejak akhir 2019, ia mengawali usaha karena kasihan melihat kawan-kawan sesama pencinta vespan yang harus mencari makanan dan minuman keluar dari tempatnya.

"Usaha ini dari tempat nongkrong komunitas vespa dan rambut gimbal di kala pandemi Covid-19 melanda. Kasihan kawan-kawan nongkrong waktu itu, akhirnya kami buatkan warung ini," ucap suami Lis Sugiarti itu.

Baca juga:
Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya

Menu sayur lodeh yang disajikan kaya rempah-rempah dan benar-benar fresh. Jadi pembeli harus menunggu sekitar 3-5 menit untuk bisa menyantap satu porsi nasi sayur lodeh.

"Semua masih fresh, dari nol. Digoreng panas, jadi menunggu 3-5 menit. Tiap hari beda-beda isinya, bisa tewel, bisa kacang panjang, bisa juga buah manisa, atau buah kates (pepaya). Tergantung bahan yang ada di pasar," tukasnya.

Baca juga:
Mencicipi Gulai Kacang Ijo Kembang Jepun Surabaya yang Eksis Sejak 1963

Untuk memulai usaha, Mbah Rasta mengeluarkan modal awal Rp200 ribu ditambah Rp3 juta untuk membangun warung. Kini tempat usahanya pun semakin laris. Pelanggannya tak lagi hanya kalangan komintas pencinta vespa, tapi juga masyarakat umum hingga pejabat.

"Modal awal dari hasil keringat sendiri, awalnya cuma Rp200 ribu untuk modal masakan. Kalau bangunan Rp3 jutaan. Yang datang hampir, seluruh Mojokerto. Dari luar kota juga ada, seperti Kediri, Bali, Lombok, Kalimantan, Aceh. Ada anak vespa, komunitas sepeda, polisi, pejabat juga ada," papar Rasta.