Pixel Code jatimnow.com

Inspiratif, Pelayar Bergaji Besar Banting Setir Jadi Petani Hidroponik

  Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
Tantowi Yahya menunjukkan hasil pertaniannya.
Tantowi Yahya menunjukkan hasil pertaniannya.

jatimnow.com - Gaji besar menjadi pelayar, tak lantas membuat Tantowi Yahya (29) betah. Bahkan, warga Jalan Parang Menang, Ponorogo tersebut memilih meninggalkan segala kemewahan kapal dan banting setir menjadi petani.

Apalagi semenjak menikah, rasa ingin berdekatan dengan yang disayang semakin menggebu. Tepat empat tahun lalu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai pelayar.

"Saya pengen bertani. Tapi ternyata lahannya sangat minim. Saya cari-cari solusi. Dapat pertanian hidroponik ini," kata Yahya saat ditemui jatimnow.com di rumahnya, Minggu (22/7/2018).

Pria 29 tahun ini pun memilih menyewa lahan tetangganya. Ia mulai menanam bayam merah, bayam hijau, sawi, selada, kangkung, semhong, dakota dan caisin.

"Selain tidak perlu lahan, yang jelas panen lebih cepat. Dan sekarang hidroponik banyak dicari konsumen," kata bapak muda ini.

Apalagi, lanjut ia, tanpa pestisida. Hal itu mulai dicari konsumen jaman now yang ingin sehat.

Baca juga:
Pj Wali Kota Probolinggo Bakal Kembangkan Melon Hidroponik di Lahan Aset Pemkot

"Waktunya juga cepat. Contohnya bayam itu kalau manual bisa sebulan sekali. Nah kalau hidroponik hanya 3 pekan," katanya.

Yahya menjelaskan, petani hidroponik banyak konsepnya. Ia sendiri menggunakan konsep Nutrien Film Technique (NFT).

NFT itu, air tidak menggenangi akar. Namun terus mengalir menggunakan pompa listrik. "Diyakini dengan itu bebas pestisida. Tanaman lebih renyah," ujarnya.

Baca juga:
Pasutri di Lamongan Sukses Usaha Hidroponik Sayur Mayur, Simak Kiat-kiatnya!

Ia mengklaim, untuk pemasaran tidak terlalu sulit. Ditambah sekarang ia berjualan di Jalan Suromenggolo Ponorogo saat Car Free Day (CFD).

Hasilnya pun cukup lumayan. Ia kini tak perlu bersusah payah mencari penghasilan dengan bepergian jauh, seperti saat dirinya menjadi seorang pelayar.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes