Pixel Code jatimnow.com

Dua Atlet Ponorogo Wakili Timnas Indonesia di Asian Games 2018

  Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
Aji Bangkit Pamungkas
Aji Bangkit Pamungkas

jatimnow.com - Ponorogo memang bukan kota besar. Namun mampu melahirkan dua atlet yang mewakili Timnas Indonesia dalam ajang Asian Games 2018.

Keduanya adalah Galih Bayu Saputra dan Aji Bangkit Pamungkas. Bayu masuk dalam deret tim bola voli Indonesia Senior Putra.

Sedangkan Aji didapuk mewakili Timnas Indonesia Putra cabang olahraga (Cabor) Pencak Silat kelas I Putra.

Menariknya, keduanya berasal dari latar ekonomi keluarga pas-pasan. Mereka sudah biasa ditempa dari tangan-tangan orang tua yang keras.

jatimnow.com berkesempatan mendatangi ke rumah kedua atlet. Hanya saja tidak bertemu dengan keduanya. Namun, ayah hebat yang telah mendidik mereka dengan ramah menemui jatimnow.com.

Galih Bayu Saputra, dilahirkan bukan di tengah kota Ponorogo. Bayu lahir di Desa Gedung Banteng, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo.

Purwadi, ayah Bayu –sapaan akrab Galih Bayu Saputra, bekerja sebagai petani. Melihat kecintaan anaknya pada olahraga membuat Purwadi harus bekerja keras untuk memfasilitasi keperluan anaknya menekuni dunia olahraga.

"Ya dari kecil saya berusaha memfasilitasi. Agar terpenuhi semuanya. Walaupun setengah mati," kata Purwadi saat membuka obrolan.

Namun hal itu tidak mungkin dilakukan terus menerus. Hingga akhirnya ia menyarankan anaknya menekuni satu bidang olahraga saat Bayu duduk di bangku kelas 1 SMK.

"Saya tidak mungkin memfasilitasi semuanya. Bayu saya suruh milih salah satu cabang olahraga yang memang membuatnya nyaman. Bayu akhirnya memilih voli," katanya.

Dukungan Purwadi terhadap anaknya menekuni voli tidak setengah-setengah. Saat anaknya pindah sekolah ke Magetan dia mendukung secara penuh.

Padahal Supatmi, ibu Bayu, tidak memberikan restu sepenuhnya. Alasannya warga kampung banyak yang mencibir.

Baca juga:
Cerita Menteri Susi Menyamar saat Asian Games 2018

"Ibunya tidak setuju. Apalagi banyak yang mencibir. Mereka berkata apa bisa hidup hanya dengan bermain voli," katanya.

Dari situlah, lanjut Purwadi, tertantang untuk membuktikan bahwa anaknya memiliki potensi dalam bidang voli. Ia juga mengajak sang istri untuk mendukung anaknya.

Saat Bayu mengikuti kejuaraan di Ponorogo, sengaja Purwadi mengajak istrinya untuk menyaksikan langsung anaknya bermain.

Dari situlah sang ibu bangga dan memberikan support penuh. Itu yang membuat Bayu semakin termotivasi serta mantab menggeluti dunia voli.

"Kami berdua sangat semangat, olahraga itu membawanya menjadi atlet voli kelas nasional. Bayu sudah menjadikan saya bangga," terangnya.

Itu sama halnya dengan Aji Bangkit Pamungkas yang terlahir dari keluarga pas-pasan secara ekonomi. Agus Widodo, ayah Bangkit–sapaan akrab Aji Bangkit Pamungkas bekerja sebagai kondektur.

Awalnya Widodo tidak menyangka anaknya bakal menjadi bintang atlet pencak silat. Sejak kecil, Bangkit merupakan seorang pendiam dengan tubuh bongsor.

Baca juga:
Meriah! Ratusan Pelajar Pacitan Ikuti Senam Dayung Massal

"Sejak Bangkit duduk di bangku SD berkali-kali saya bujuk anaknya ikut latihan pencak silat. Tapi tidak berhasil," terang Widodo.

Hal itu lantaran Bangkit minder dan merasa tubuhnya tidak ideal. Selang beberapa tahun kemudian, Widodo berhasil membujuk anaknya ikut latihan.

Hingga akhirnya anaknya mampu gemilang menjadi seorang atlet pencak silat papan atas. Namun masih ingat dalam angan Widodo, hingga saat ini dia belum dapat mewujudkan janjinya membelikan sepeda motor jika Bangkit meraih juara di berbagai kejuaraan.

"Ya saya masih punya janji kepada anak saya. Semoga saja bisa segera mewujudkannya. Semoga di Asian Games, Bangkit bisa maksimal," pungkasnya.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes