jatimnow.com - Memiliki anak dengan berat badan berlebih memang menjadi kebanggaan bagi sejumlah orang tua. Namun jika tidak tepat memberikan suplemen makanan, dampaknya bisa berakibat fatal di kemudian hari.
Seperti cerita Atimah Novianti seorang ibu-ibu asal Dusun Pojok, Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Profesinya sebagai kader kesehatan jiwa di desa dan puskesmas, membuatnya malu jika memiliki balita yang berat badannya di bawah batas normal.
"Sebagai kader kesehatan jiwa Puskesmas Plumbongambang dan Desa Plumbongambang, merasa malu karena memiliki balita yang berada di bawah garis merah. Masak ibunya kader kesehatan kok anaknya di bawah garis merah," ungkapnya mengawali cerita, Selasa (4/10/2022).
Karena malu, Atimah akhirnya mencari solusi untuk menaikkan berat badan anaknya. Akhirnya ia mendatangi seorang mantri di Kecamatan Mojowarno untuk meminta vitamin atau suplemen makan. Tujuannya agar anaknya yang kala itu masih balita bisa lahap makan.
"Sekarang mantrinya sudah meninggal dunia, dikasih vitamin, tapi berpesan jangan terlalu banyak. Karena dampaknya nanti kalau sudah besar jadi gemuk," bebernya.
Vitamin dan suplemen makanan dari sang mantri membuat masalah Atimah selesai. Namun, Atimah justru memberikan suplemen makanan itu pada balitanya saat sedang sakit.
Tak hanya itu, suplemen makanan dari mantri menjadi jurus andalan Atimah saat sang buah hati tak mau makan. Usai mengonsumsi suplemen, Alif balita tumbuh sebagai anak yang gendut dan lucu.
"Hingga sekolah dan kuliah, berat badannya masih kami anggap wajar. Karena anaknya masih bisa beraktivitas seperti anak-anak dan remaja umumnya," ucapnya.
Setahun lalu, berat badan Alif mencapai angka 164 kilogram. Perkembangan itu masih dibuat santai karena kegiatan berjalan normal dan tidak ada kendala.
Atimah mengaku baru menyadari saat berat badan Alif naik begitu cepat hingga sekarang.
"Beratnya mencapai angka 220 kilogram saat ini," ucapnya.
Setiap harinya, sambung Atimah, Alif bekerja sebagai tenaga administrasi di Puskesmas Plumbongambang. Alif terbilang cakap di teknik komputer. Lantaran memiliki penghasilan sendiri, membuat Alif semakin mudah mengeluarkan uang untuk membeli jajanan.
Baca juga:
Si Kecil Jatuh Sakit Sepulang Traveling? Ini Cara Antisipasinya
"Suka kulineran malam hari. Anaknya jarang ngemil, tapi kalau malam itu sulit tidur, kadang tidur hampir pagi. Kan itu bisa menambah berat badan. Satu tahun terakhir ini semakin membesar," ujarnya.
Menyadari tubuhnya semakin besar, Alif kemudian berniat diet. Atimah mengaku anaknya tidak minat dengan menggunakan cara diet instan atau minum obat-obatan diet. Sehingga dia hanya mengurangi makan.
Kondisi ini tidak membuat berat badan Alif turun. Namun ada perubahan sikap Alif pada keluarga. Apalagi saat ia mengurangi makan nasi, justru tubuhnya menjadi lemas, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi bekerja.
"Saya tanya kenapa kok suka uring-uringan, katanya perut lapar. Anaknya tidak minum obat diet sama sekali sampai sekarang tidak pernah," tegasnya.
Atimah menyebutkan selama Alif diet, ia selalu menjaga kualitas makanan untuk keluarga. Belum lagi, suaminya tercinta juga sedang sakit. Untuk itu ia selalu menghindarkan keluarga dari makanan berlemak.
"Kayak ayam gitu, tanpa kulit. Cara memasaknya juga menghindari yang digoreng-goreng. Jadi sekaligus untuk menjaga kesehatan keluarga dan program diet Alif," ungkap Atimah.
Baca juga:
Kunjungan ke Penjuru Dunia, Misi IKEA Ciptakan Suasana Rumah yang Aman dan Nyaman
Puncaknya ketika beberapa hari lalu Alif demam tinggi dan berobat ke RSI Jombang. Alif dinyatakan harus dirawat karena leukosit sangat tinggi. Berdiam diri di ruang rawat inap membuatnya semakin sadar bahwa obesitas yang anaknya alami sudah tidak lagi wajar.
"Bed yang Alif tempati hanya cukup untuk rebahan. Ruang gerak juga sangat terbatas. Saya kasihan anaknya sampai menangis, mau melakukan segala cara supaya berat badan turun, nggak tega," katanya.
Ia menegaskan bahwa aktivitas Alif sudah mulai terganggu. Bajunya yang semula muat, sekarang tidak lagi cukup. Yang menyedihkan, Alif tak sanggup berjalan lebih dari 100 meter.
"Keluar-masuk kamar mandi rumah sakit saja harus miring, karena tidak muat pintunya. Jalan lebih dari 100 meter sudah ngos-ngosan," paparnya.
Ia berharap, Pemkab Jombang memperhatikan kasus obesitas yang kini tengah dihadapi Alif.
"Saya kader kesehatan jiwa di desa dan puskesmas. Yang saya programkan selalu terkait ODGJ, tanpa saya sadari seharusnya saya juga berjuang untuk obesitas seperti anak saya," pungkasnya.