Pixel Code jatimnow.com

Profesor ITS Kembangkan Satelit Altimetri Pantau Kenaikan Muka Laut di Indonesia

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Prof Eko Yuli Handoko saat menjelaskan tren kenaikan muka laut di Indonesia. (Foto/Humas ITS)
Prof Eko Yuli Handoko saat menjelaskan tren kenaikan muka laut di Indonesia. (Foto/Humas ITS)

jatimnow.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi dengan dikukuhkannya Prof Eko Yuli Handoko, sebagai Guru Besar ke-231 dalam bidang Ilmu Geodesi Satelit. Dalam orasi ilmiahnya, Eko mengungkap pentingnya pemantauan kenaikan muka laut di Indonesia melalui pengembangan satelit altimetri.

Perubahan iklim yang semakin nyata memicu kenaikan muka laut, menjadi ancaman serius bagi negara kepulauan seperti Indonesia.

Eko Yuli Handoko menegaskan bahwa data akurat dari satelit altimetri sangat penting untuk memahami tren kenaikan muka laut. Data ini akan menjadi dasar bagi perumusan kebijakan adaptasi, perencanaan pembangunan infrastruktur, serta menjaga ketahanan nasional.

“Data satelit menjadi pijakan penting dalam merumuskan kebijakan terkait perubahan iklim,” ujarnya.

Guru Besar Departemen Teknik Geomatika ITS ini menjelaskan bahwa instrumen altimeter pada satelit bekerja dengan memancarkan sinyal radar ke laut dan menghitung waktu pantulnya. Dari perhitungan tersebut, diperoleh data ketinggian muka laut dengan presisi sentimeter.

Menurutnya, teknologi ini sangat vital karena dapat menjangkau ribuan pulau di Indonesia tanpa bergantung pada stasiun darat yang terbatas.

“Altimetri satelit memiliki kemampuan untuk memantau wilayah perairan yang luas, termasuk area-area terpencil,” tambahnya.

Baca juga:
Penjual Jus Buah Surabaya Kini Lebih Keren dengan Rombong Baru

Namun, Eko mengakui adanya tantangan teknis dalam pemantauan wilayah pesisir yang seringkali terganggu oleh kondisi daratan dan laut dangkal. Untuk mengatasi hal ini, ia mengintegrasikan data altimetri dengan Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR).

“Dengan menggabungkan ketiga teknologi ini, kita dapat memperoleh data kenaikan muka laut relatif yang lebih akurat dan relevan bagi masyarakat,” jelas Eko.

Selain itu, Eko juga mengembangkan metode untuk meningkatkan kualitas data altimetri di wilayah tropis seperti Indonesia, yang seringkali terkendala oleh tingginya uap air di atmosfer. Ia memanfaatkan data dari stasiun GNSS darat untuk melakukan koreksi atmosfer Wet Tropospheric Correction dengan pendekatan GNSS-derived Path Delay (GPD).

“Dengan koreksi ini, data kenaikan muka laut menjadi lebih reliabel, terutama di wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim,” ungkapnya.

Baca juga:
ITS Perkuat Riset Energi Surya, Gandeng AESI Wujudkan Kemandirian Energi

Penelitian ini memiliki manfaat yang luas bagi Indonesia. Data akurat mengenai kenaikan muka laut dapat menjadi dasar bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan adaptasi perubahan iklim, seperti perencanaan tata ruang pesisir, pembangunan infrastruktur pelindung, hingga mitigasi bencana rob.

“Informasi ini sangat krusial untuk melindungi aset-aset strategis negara yang berada di wilayah pesisir, serta menjaga keselamatan masyarakat yang tinggal di daerah rentan,” tegas Eko, yang berasal dari Pringsewu, Lampung.

Kontribusi penelitian Eko ini juga mendukung komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-11 mengenai kota berkelanjutan, poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim, serta poin ke-14 terkait ekosistem laut.