Pixel Codejatimnow.com

Cerita Santri yang Kini Jadi Wakil Rakyat di DPRD Jombang

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Elok Aprianto
Wakil Ketua II DPRD Jombang Farid Al Firisi saat mengikuti sidang paripurna di DPRD Jombang.(Foto: Elok Aprianto)
Wakil Ketua II DPRD Jombang Farid Al Firisi saat mengikuti sidang paripurna di DPRD Jombang.(Foto: Elok Aprianto)

jatimnow.com - Memegang tiga hal penting selama mondok, seorang santri di Ponpes Tambakberas, Jombang, jadi wakil rakyat di gedung DPRD Jombang. Tiga hal penting yakni, keyakinan, etika dan kemandirian.

Dengan dasar tiga doktrin selama di pondok, Farid Al Farisi, kini menjadi wakil ketua II DPRD Jombang, dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Saat ditemui di kantor DPRD Jombang, Farid menceritakan sewaktu kecil di lingkungan pesantren membuatnya menjadi seorang yang memiliki keyakinan tinggi.

"Jadi dari dasar doktrin di pesantren itulah yang membuat saya terarah. Tentang keyakinan, santri itu keyakinannya sangat tinggi terutama terkait dengan syariat agama. Karena di agama itu ada man jadda wa jadda, dan dari hal itulah saya terinspirasi untuk terus berkarya," ungkapnya, Jumat (28/10/2022).

Dijelaskan Farid, selama di pondok santri itu diajarkan etika. Para santri menghormati para guru, kiai, dan para ulama, serta kedua orang tua.

"Yang ketiga terkait dengan kemandirian. Santri itu didik selain ilmu agama juga di didik ilmu sosial kemasyarakatan. Dari tiga doktrin itu saya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi," paparnya.

Ia mengaku selama menjadi santri pondok pihaknya senang berorganisasi. Hingga akhirnya menjadi anggota OSIS maupun anggota senat saat kuliah.

"Setelah melewati hal itu saya dipertemukan dengan seorang perempuan yang notabenenya adalah putri dari salah satu kiai saya," ujarnya.

"Setelah menikah saya melirik di sisi bisnis. Berbekal tiga hal tadi saya memulai bisnis. Tapi akhirnya usaha potong daging saya di Krian Sidoarjo bangkrut karena ada keselahan manajemen," ucapnya.

Lantaran bangkrut, akhirnya ia pulang ke Jombang untuk mengabdi di pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang ada di Tambakberas.

Setelah satu tahun lamanya, ia mengaku vakum tak berbisnis. Pada saat menjalani rutinitas di pondok, ia merasa ada hal yang kurang dalam aktivitas sehari-harinya. Sehingga ia memulai bisnis kecil-kecilan. Yakni berdagang kerupuk.

"Jual kerupuk dengan modal Rp60 ribu. Setelah jalan saya kembangkan lagi usahanya, dengan jualan kayu bakar. Yang saat itu saya kirim ke toko kelontong dan pabrik kecap di Jelak," katanya.

Farid mengaku uang hasil bisnis kerupuk dan kayu bakar ini ia tabung. Pada suatu saat ia bertemu dengan temannya asal Megaluh yang tengah butuh bantuan untuk menjual kulit sapi.

Baca juga:
Fragmen Sejarah, Kartini Nyantri pada Mbah Sholeh Darat

"Saya coba tawarkan ke saudara yang ada di Pasuruan dan alhamdulilah diterima. Karena amanah, akhirnya saya dimintai tolong untuk mencari kulit sapi di Jombang dan luar Jombang," tegasnya.

Setelah memiliki modal dari hasil tabungan miliknya pribadi. Farid mengaku ingin melanjutkan lagi bisnis perdagingan keluarganya di Sidoarjo. Bisnis ini adalah supplier daging ke hotel, rumah makan dan pabrik.

"Akhirnya saya mulai bisnis potong daging sapi lagi di Krian. Awalnya satu ekor dan tambah lagi, dan akhirnya alhamdulilah bisnis keluarga lancar lagi, dan bertahan sampai saat ini," bebernya.

Di saat perekonomian mulai membaik, ia mengaku bahwa sang mertua, yakni ibu Nyai Mundjidah Wahab memintanya untuk aktif di organisasi kemasyarakatan. Selain itu, Farid mengaku kedua orang tuanya berpesan agar bisnis keluarga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat.

"Saya diminta untuk bisa aktif di organisasi. Karena saya melihat keluarga dari istri saya ini arah perjuangannya dari organisasi keagamaan, politik dan lembaga pendidikan, dan akhirnya saya bisnis, dan juga aktif di organisasi," jelasnya.

"Awal saya aktif di gerakan pemuda Ansor, di PC saya menjadi bendahara. Selanjutnya saya diberikan amanah untuk menjadi ketua KNPI Jombang dan selanjutnya saya diminta untuk masuk di gerakan pemuda Ansor Jatim," imbuhnya.

Selama berorganisasi, Farid mengaku banyak mendapat pelajaran serta ilmu berorganisasi. Sehingga pada tahun 2019. Ia diminta Ketua DPC PPP Kabupaten Jombang untuk menjadi calon anggota legislatif di dapil 5 wilayah utara berantas.

Baca juga:
Pengeroyok Santri di Blitar Tak Ditahan, Keluarga Korban Datangi Kejari

"Dari dapil 5, mulai dari Kabuh, Plandaan, Kudu, Ploso, Ngusikan. Karena pengalaman berorganisasi. Saya bisa bersosialisasi dengan baik sehingga saya terpilih menjadi anggota legislatif di DPRD Jombang," ungkapnya.

Karena memiliki 7 kursi, ia mengaku ada jatah kursi untuk wakil ketua DPRD Jombang dari fraksi PPP. Kemudian dari pihak DPW PPP Jatim melakukan feet and propertest.

"Saya terpilih karena itulah saya menjadi Wakil Ketua II DPRD Jombang, sampai sekarang," paparnya.

Setelah ada rapat di PPP Jatim, Farid mengaku ditunjuk untuk mencalonkan diri di DPRD Jatim.

"Karena saya ditunjuk Bu Nyai Mundjidah Wahab sebagai calon anggota DPRD Provinsi Jatim dapil Lamongan Gresik ya karena tiga faktor tadi, ketika ada perintah apapun dari pimpinan ya saya bismillah maka saya terima," pungkasnya.