Pixel Codejatimnow.com

Semburan Air dan Gas di Ngawi, ini Analisa PVMBG Bandung

 Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
dok.jatimnow.com
dok.jatimnow.com

jatimnow.com - Semburan air diduga tercampur gas yang terjadi di Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi disebut sebagai sesuatu hal lumrah atau biasa oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Itu hal yang biasa terjadi. Sangat lumrah sekali," kata Kasubid Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Bandung Sumaryono, Rabu (8/8/2018) melalui sambungan telepon kepada jatimnow.com.

Baca juga: Sumur Milik Warga di Ngawi Semburkan Air dan Gas Setinggi 30 Meter

Menurutnya, air yang menyembur ke atas permukaan itu biasanya disebabkan karena adanya tekanan pada akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air). ‘’Kalau biasanya yang terjadi seperti itu, tapi untuk memastikannya mungkin perlu dicek kondisi airnya seperti apa,’’ tambahnya.

Ia mengaku, ada beberapa fenomena serupa yang terjadi di Indonesia. Ia menjelaskan, bahwa itu bisa saja terjadi karena saat pengeboran sumur menembus akuifer.

‘’Dan itu sudah biasa. Kalau mau ngebor sumur pasti yang dicari lapisan akuifer-nya itu,’’ jelasnya.

Apalagi, berdasarkan dari kejadian yang ada semburan air tersebut tidak disertai dengan lumpur. Hanya air tanah biasa yang jernih dan sedikit bercampur pasir. Sehingga kemungkinan fenomena itu terjadi akibat lapisan akuifer yang tertekan semakin besar.

Baca juga:
PGN Alirkan Gas Bumi ke PT Easterntex Pasuruan, Komiten Ekspansi Bisnis

Selain itu, untuk membuktikannya lagi bisa dilihat kondisi semburan air. ‘’Biasanya dalam waktu dua sampai tiga hari debit semburannya sudah mengecil,’’ ungkapnya.

Mengenai bau gas yang keluar bersamaan dengan semburan air itu, menurut Sumaryono juga merupakan hal wajar dan tidak berbahaya. Tapi, itu biasanya hanya terjadi pada daerah yang sebelumnya berupa rawa-rawa.

"Ya kalau kejadian sebelumnya, bau gas yang keluar bersamaan dengan semburan air biasanya hanya sesaat. Sedangkan untuk daerah lapisan berongga biasanya tidak disertai bau gas. Karena daerah rawa itu kan memang banyak gasnya,’’ ujarnya.

Kedepannya, Sumaryono berharap pihak terkait mengecek kondisi air. Misal Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Baca juga:
Pemerintah Harapkan HCML jadi Produsen Gas Utama Indonesia

"Jika air itu normal tidak asam bisa saja dimanfaatkan. Tapi kalau ada kandungan yang membahayakan ya jangan," katanya.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes