Pixel Code jatimnow.com

Tokoh di Balik Kerukunan Warga Desa Pancasila Lamongan

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Potret tempat ibadah Hindu dan Islam di Desa Balum, Turi, Lamongan. (Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Potret tempat ibadah Hindu dan Islam di Desa Balum, Turi, Lamongan. (Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, dijuluki sebagai Desa Pancasila. Hal itu tak lepas dari keberadaan 3 agama yang dianut para warganya.

Warga Desa Balun menganut antara lain Agama Islam, Kristen dan Hindu. Tempat ibadah ketiga agama juga cukup dekat dan berada dalam satu area tak kurang lebih dari 200 meter.

Puluhan tahun hidup dalam bingkai perbedaan, konflik antaragama disebut tak pernah terjadi. Malah, budaya kenduri yang biasa dilakukan umat muslim juga dijalankan warga Kristen dan Hindu.

Lalu siapa figur di balik toleransi dan kerukunan warga Desa Balun? Belakangan muncul satu nama yang menjadi sosok penting dalam sejarah Desa Balun. Sosok itu bernama Bati.

Pak Bati dulunya merupakan seorang anggota TNI yang ditugaskan di Desa Balun. Seiring berjalanya waktu Pak Bati diangkat menjadi kepala desa.

Namun saat ia menjabat, tepatnya di tahun 1965 tepat saat pemberontakan Gerakan 30 September (G30S) PKI. Bahkan pasca G30SPKI sejumlah pemeluk Kejawen diburu bahkan ada yang dieksekusi. Dulu warga Desa Balun menganut 2 agama kepercayaan yakni Islam dan sebagian lagi Kejawen.

Ketua GKJW Jemaat Lamongan Wilayah Balun atau pemuka agama Kristen di Balun, Sutrisno (64) mengatakan, dari kejadian itu umat pemeluk Kejawen harus memutuskan mencari agama baru yang diakui negara.

Baca juga:
Pawai Ogoh-ogoh Representasi Kerukunan Warga Desa Balun Lamongan

"Setelah kejadian G30S/PKI, pemerintah kan kemudian menganjurkan kepada penduduk untuk mengikuti agama-agama yang diakui oleh negara. Kemudian pada tahun 1967, warga di sini mulai ada yang memeluk agama Kristen," ujar Sutrisno, Senin (30/1/2023).

Warga Balun waktu itu, terang Sutrisno, sebagian memutuskan mualaf. Sementara keberadaan agama Kristen berawal dari seorang warga bernama Asman yang menemukan potongan ayat kitab Injil.

Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada kepala Desa Balun waktu itu, yang kemudian turut memeluk agama Kristen diikuti beberapa warga lain, yakni Pak Bati.

"Saat itu ada Angkatan Darat namanya Pak Bati, yang kemudian menjabat sebagai kepala desa pertama, yang ikut memeluk agama Kristen setelah Pak Asman menemukan potongan kitab Injil tersebut," ucap Sutrisno.

Baca juga:
3 Tahun Vakum, Warga Desa Balun Lamongan Antusias Sambut Pawai Ogoh-Ogoh

Sementara itu, Tokoh Agama Hindu, Tadi (54) mengaku jika munculnya agama Hindu bermula dari kebimbangan warga yang sebelumnya menganut kepercayaan Kejawen dan menganggap agama paling dekat dengan ajaran nenek moyang adalan Hindu.

"Umat Kejawen terpecah menjadi dua yakni Kristen dan Hindu, tapi tetap rukun karena semua masih saudara, jangankan orang lain saudara kandung saya saja beda agama dengan saya," ujar Tadi pemangku Pure Sweta Mahasuci Balun.