Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Tewas, Komnas Pendidikan Jatim Berbicara

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Ketua Komnas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kunjung Wahyudi . (Foto: pribadi)
Ketua Komnas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kunjung Wahyudi . (Foto: pribadi)

jatimnow.com - Ketua Komnas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kunjung Wahyudi menegaskan pengelola Politeknik Pelayaran Surabaya wajib bertanggung jawab atas meninggalnya MR (20), mahasiswa akibat dianiaya AJP (19), seniornya.

Pernyataan ditegaskan Kunjung Wahyudi saat ditanya siapa yang paling bertanggung jawab atas kejadian penganiayaan di kampus yang ada di Jalan Gunung Anyar Boulevard, Surabaya, pukul 19.30 WIB, Minggu (5/2/2023) lalu.

"Kalau kejadian tersebut terjadi di kampus maka menjadi tanggung jawab pengelola kampus. Namun terkait pasal saya kurang paham tetapi kemungkinan tentang kelalaian kampus mengakibatkan meninggalnya mahasiswa," tegas Kunjung Wahyudi kepada jatimnow.com, Jumat (10/2/2023).

Dia menyayangkan peristiwa tersebut masih saja terjadi di dunia pendidikan yang ada di kota besar seperti di Surabaya ini. Apalagi sudah masuk ke dalam ranah hukum yakni merampas kemerdekaan seseorang.

"Ini merupakan kejadian yang tidak seharusnya terjadi. Kita berharap pihak kepolisian bisa membantu menyelesaikan kasus tersebut secara jelas dan tuntas. Dan berharap kedepan tidak terjadi lagi kejadian serupa," urainya.

Dia mengatakan peristiwa tewasnya seorang junior di tangan seniornya dengan dalih pembinaan itu tak perlu terjadi, jika pengelola kampus tersebut menerapkan komunikasi secara baik.

"Semisal jika di instansi tersebut terjalin komunikasi yang baik antar Civitas Akademikanya hingga orang tua bahkan sebaliknya, mungkin peristiwa tersebut tidak terjadi. Sebenarnya kejadian tersebut tidak hanya terjadi di perguruan tinggi, tetapi juga terjadi di anak-anak SMA/SMK dan juga SMP," bebernya.

Selain komunikasi, tambahnya, alat pencegah lainnya semisal Kurikulum Pendidikan Karakter diberikan untuk siswa mulai PAUD hingga SMA/SMK/MA. Karena karakter siswa akan terbentuk baik di usia sekolah.

Baca juga:
Sederet Fakta di Balik Kasus Penganiayaan Mahasiswa Poltekpel Surabaya

Sehingga di sekolah perlu digalakkan adanya parenting antara sekolah dan orang tua, atau di perguruan tinggi antara civitas akademika dengan orang tua.

"Khusus di Perguruan Tinggi kebanyakan orang tua lebih banyak kurang memperhatikan putra putrinya dalam hal perkembangan karakter, hal ini mengakibatkan si anak merasa kurang diperhatikan oleh orang tua," kata dia.

"Anak-anak dicukupi kebutuhan materinya tetapi kebutuhan batin (kasih sayang, perhatian) dari orang tua sangat kurang," imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, Heru Widada akhirnya buka suara terkait peristiwa itu. Pihaknya mengaku memohon maaf dan akan menjadi evaluasi menyeluruh terhadap politeknik yang dipimpinnya itu.

Baca juga:
Sesal Senior Penganiaya Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya

"Kami menyampaikan permohonan maaf atas kejadian ini dan menyampaikan duka cita yang mendalam. Mudah-mudahan ini tidak terulang lagi dan menjadi evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada di Poltekpel Surabaya," ujar Heru.

Selain itu Heru hanya menyerahkan penyelidikan kasus tersebut kepada pihak kepolisian Polrestabes Surabaya untuk mengusut tuntas dan mengungkap kejadian tersebut. Hal itu sesuai arahan dari Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan.

"Sudah jelas mengutuk keras tindakan-tindakan kekerasan tersebut. Tentunya kalau ada tindak pidana, kami serahkan kepada polisi. Kalau memang dari sisi aturan pendidikan dan arahan Kepala Badan SDM Perhubungan atas kekerasan itu, akan disanksi. Apabila terbukti tentunya akan disanksi sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan," tegasnya.