Pixel Codejatimnow.com

Nenek di Jombang Hidup Sebatang Kara Bersama Ayam

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Sarmi (86) warga Desa Kedunglumpang, Kecamatan Mojoagung Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Sarmi (86) warga Desa Kedunglumpang, Kecamatan Mojoagung Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sungguh memilukan, seorang nenek-nenek usia 86 tahun hidup sebatang kara, di daerah hutan Gedangan, yang ada di Desa Kedunglumpang, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.

Di sebuah gubuk reyot, ukuran 3 X 4 meter yang nyaris roboh, nenek Sarmi (86) tinggal sendirian bercampur dengan ayam peliharaannya.

Hidup Mbah Sarmi tergolong miris. Setiap hari ia kesulitan untuk makan. Bahkan, ia harus rela makan singkong yang ada di sekitar gubuk tempat tinggalnya.

Pada saat bulan Ramadan seperti ini, Mbah Sarmi tak lagi mampu menjalankan ibadah puasa lantaran sudah sering sakit-sakitan.

"Tinggal sendirian, nggak puasa karena sudah tua, sering sakit-sakitan," ungkapnya, Selasa (11/4/2023).

Meski hidup penuh dengan keterbatasan, dan ditinggal suami yang telah lama meninggal dunia, Mbah Sarmi tetap menjalani hidup dengan tabah.

Baca juga:
Cerita Nenek Sarmi, Lansia di Jombang saat Menerima Bantuan dari Polisi

Sementara anak semata wayangnya, sudah hidup berkeluarga jauh di perantauan yang ada di Nusa Tenggara Timur.

"Sudah lama, bapaknya (suami) sudah meninggal. Anak saya satu, tinggal di NTT," terangnya.

Di kehidupan tuanya yang seorang diri ini, dirasakan Sarmi sejak sang suami meninggal. Kondisi fisik dengan badan yang sakit-sakitan, tidak bisa memaksanya untuk mencari nafkah sendiri.

Baca juga:
Potret Miris Rumah Nenek ODGJ di Lamongan

Sebelumnya, Mbah Sarmi adalah seorang buruh tani dan pekerja serabutan. Terkadang bila tak ada makanan dirinya terpaksa memakan singkong.

"Dulu nyari sisa-sisa panenan, kalau gak gitu jual ayam 1 buat makan. Sekarang gak puasa, tapi ya belum makan. Makannya nanti sore, kalau ada, kalau gak ada ya makan singkong," pungkasnya.

Sungguh ironis memang, kehidupan yang dijalani Mbah Sarmi. Ia tinggal sebatang kara di gubuk reyot yang dibangun di atas tanah milik perhutani.