jatimnow.com - Disamping faktor ekonomi, kesulitan berbahasa asing jadi alasan lain mengapa IW (39), memilih Malaysia menjadi tempat merubah nasib ketimbang negara lain. Sebelum berangkat, IW sempat menempuh sekolah bahasa di Kota Malang, Jawa Timur.
Hal itu diutarakan Sugimin (45), suami IW yang mengungkapkan istrinya itu sempat mengalami kesulitan saat menempuh sekolah bahasa.
“Istri mengeluh tidak segera mahir berbahasa Inggris. Selain itu dia juga mengeluhkan penyaluran ke Singapura atau Brunei butuh waktu lama dan harus menunggu,” ujarnya, Selasa (2/05/2023).
Sugimin mengatakan, setelah merestui kepergian sang istri bekerja ke luar negeri, dirinya sempat menyarankan istrinya itu untuk bekerja di Brunei Darussalam ataupun Singapura.
Akan tetapi kesulitan bahasa membuat istrinya memutuskan untuk menambatkan pilihan ke Malaysia.
“Sempat minta izin dan saya izinkan. Tetapi, saya kasih rekomendasi untuk ke Singapura atau Brunei Darussalam,” ungkapnya.
"Karena merasa kesulitan belajar bahasa Inggris dan proses berangkatnya lama, akhirnya memilih berangkat ke Malaysia," imbuhnya.
Sebelumnya, guna memuluskan niatannya berangkat ke luar negeri, IW kemudian mencari informasi sendiri untuk bisa bekerja di luar negeri. Lanjut, dirinya pun mengikut sekolah bahasa di Kota Malang, Jawa Timur.
Karena ingin cepat, akhirnya IW memilih bekerja di Malaysia karena membutuhkan waktu singkat. Proses keberangkatan dari Indonesia ke Malaysia dilakukan pada sekitar Maret 2022.
“Naik pesawat, transit di Batam, kemudian terbang lagi ke Kuala Lumpur,” katanya.
Baca juga:
TKW Banyuwangi Disetrika dan Disiram Air Panas oleh Majikannya di Malaysia
Setelah tiba di Malaysia, IW bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) dengan gaji 1.300 ringgit per bulan.
“Gaji itu awalnya rutin, tapi sempat terhenti selama kurang lebih tiga hingga empat bulan. Tapi kemudian gaji yang belum dibayarkan itu sudah dilunasi oleh majikannya beberapa hari menjelang Lebaran kemarin,” terangnya.
Selama bekerja di Malaysia, Sugimin mengaku jarang berkontak dengan istrinya. Sehingga, diapun tidak tahu menahu bagaimana kondisinya di sana.
"Istri juga tidak mengabari kalau mengalami tindakan kekerasan oleh majikannya selama
bekerja,” ungkapnya.
Hingga akhirnya, pada Senin (24/4) lalu, Sugimin mendapatkan kabar bahwa istrinya terbaring lemas di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia. Usai mendapat kabar tersebut, Sugimin segera menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia.
Baca juga:
Petugas Gabungan Bandara Juanda Gagalkan Pembarangkatan 87 TKW Ilegal
Sebelumnya, IW (39), tenaga kerja wanita asal Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, menjadi korban penyiksaan majikannya di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia disiksa dengan cara tubuhnya disetrika dan disiram air panas.
Penyiksaan itu membuat punggung IW menderita luka bakar dan kini terbaring lemas di rumah sakit di Malaysia.
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Banyuwangi dan Serikat Buruh Migran Indonesia Cabang Banyuwangi menyebut jika IW berangkat ke Malaysia tanpa melalui jalur formal.
“Keberangkatannya tidak diketahui oleh Kepala Desa (Kades) Sraten Rahman Mulyadi maupun Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Perindustrian (Disnakertransperin) Banyuwangi,” kata Rendra Inran Kurnianto, Analis Tenaga Kerja BP2MI Banyuwangi.
Meskipun demikian, Rendra akan melaporkan temuan ini ke BP2MI Jawa Timur untuk diproses.
"Kami akan mengawal proses hukum yang ditempuh pihak keluarga. Harapannya kejadian serupa tidak terulang kembali,” ujarnya.