Pixel Codejatimnow.com

Lagi, Beredar Kuitansi Seragam Sekolah Mahal di Tulungagung

Editor : Arina Pramudita  Reporter : Bramanta Pamungkas
Kuitansi seragam mahal dikeluhkan orang tua siswa di Tulungagung.
Kuitansi seragam mahal dikeluhkan orang tua siswa di Tulungagung.

jatimnow.com - Polemik seragam sekolah mahal di Tulungagung masih terus berlanjut. Sebuah foto kuitansi pembelian seragam di SMAN 1 Karangrejo kini viral di media sosial.

Dalam kuitansi tersebut, orang tua murid membayar uang seragam sebesar Rp2.525.000. Mereka mendapatkan 1 setel seragam abu-abu putih, 1 setel seragam khas, 1 setel seragam batik, 1 setel seragam olahraga, atribut sekolah dan jilbab. Mahalnya biaya seragam ini mendapat sorotan dari warganet.

Salah seorang sumber mengatakan, harga seragam untuk tingkat SMAN dan SMKN di seluruh Jawa Timur relatif sama. Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan kiriman kain dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.

Pihak sekolah, lanjut sumber, diminta menjualkan kain tersebut kepada siswa baru. Harganya juga sudah ditentukan sehingga sekolah hanya menjualkan saja.

"Bentuknya masih gelondongan, kita yang memotong kain sesuai kebutuhan siswa," ujarnya, Senin (24/7/2023).

Baca juga:
Respons DPRD Jatim tentang Penerapan Aturan Baru Seragam Sekolah

Menurut sumber, hal ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Setiap tahun ajaran baru dinas terkait mengirimkan kain ke semua sekolah. Mereka juga mematok harga. Pihak sekolah hanya bisa menaikkan harga untuk keperluan pemotongan kain. Terdapat beberapa sekolah yang memasukkan biaya jahit seragam dalam paket pembelian.

"Setiap sekolah berbeda, ada yang kain saja ada juga yang sudah jadi seragam, kalau harganya lebih mahal biasanya sudah dalam bentuk seragam," tuturnya.

Hal senada juga diungkap sumber lain yang pernah menjadi komite sekolah. Menurutnya praktik ini selalu terjadi setiap tahun ajaran baru. Pihak sekolah tidak berani menolak kiriman kain dari dinas terkait karena juga ingin mengamankan posisinya.

Baca juga:
Komisi E Usul Seragam Gratis 2024, Kadindik Jatim: Kenapa Tidak?

Mereka takut jika tidak menurut, posisinya sebagai kepala sekolah bisa diganti.

"Kepala sekolah yang akhirnya repot, mereka tidak mau menanggung risiko," pungkasnya.