Pixel Code jatimnow.com

Ritual Sedekah Dawet, Cara Petani Ngasem Kediri Berkirim Doa Agar Hujan Segera Turun

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Yanuar Dedy
Ritual Sedekah Dawet petani Desa Paron Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Ritual Sedekah Dawet petani Desa Paron Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Ada ritual menarik, yang dilakukan para petani di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, yakni Sedekah Dawet. Melalui ritual ini, para petani menyampaikan harapan agar hujan segera turun, dan bisa mengairi sawah mereka.

Rangkaian ritual Sedekah Dawet yang digelar para petani pada Senin (6/11/2023) sore ini, dimulai dengan mengangkat kendil berisi dawet dan membawanya dengan berjalan kaki menuju Sumber Kembangan.

Sesampainya di sana, kendil itu diletakkan di tengah dan petani duduk bersila memanjatkan doa. Mereka meminta agar hujan segera turun.

Selanjutnya, para petani membawa dawet dan ditaburkan ke area Sumber Kembangan. Mereka juga melemparkan dawet tersebut kepada sesama petani hingga membuatnya basah.

Ketua Gakpotan Desa Paron, Toyib menjelaskan, ritual ini diadakan setelah ada jeritan dari petani karena air dari sungai tidak lagi bisa mengairi sawah mereka. Praktis, selama kemarau panjang ini, petani hanya mendapatkan air dari sumber dengan cara disedot menggunakan mesin diesel.

"Karena semakin jauh dan sudah dalam, sehingga kita mengadakan Sedekah Dawet ini," kata Toyib.

Lebih lanjut, ritual ini digelar dengan tujuan agar hujan turun dan petani dapat tertolong. Makna dawet sebagai ritual sendiri karena berdasarkan cerita terdahulu dari kakek dan nenek mereka, sumber disini menyukai yang manis-manis agar doanya dapat dikabulkan.

Baca juga:
Gandrung Sewu Banyuwangi Digelar, 1320 Penari Jalani Ritual Sehari Sebelumnya

“Tabur dawet yang dilakukan petani ini memang menjadi rumus untuk menyuruh air mulai dari dam dan sumber dengan nama jurunya air hulu sampai hilir (kelantung) siang, malam, sampai tidur supaya air dapat mencukupi petani serta alirannya lancar,” jelasnya.

"Karena biaya berjasa maka petani punya rumus misal kelantungnya digerojok, maka segera hujan deras. Jadi kita menyebar dawet biar kelantung basah dan hujan deras," tambahnya lagi.

Sementara itu, Kepala Desa Paron, Buyung Wicaksono mengatakan sedekah dawet ini dilaksanakan bersama dengan petani karena tahun 2023 ini musim kemarau cukup panjang dan membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan air.

Hal ini dikarenakan, air hujan sudah lama tidak turun sehingga membuat sumber air menjadi berkurang.

Baca juga:
Ini Cara Anggota DPRD Agus Wicaksono Dorong Produktivitas Petani Lumajang

"Ritual ini tidak diadakan setiap tahun, tetapi ketika kemarau panjang. Kalau saya disini terakhir ikut ritual tahun 2019 karena waktu itu kemarau panjang, setelah itu turun hujan," jelasnya.

Dia berharap dengan adanya ritual tersebut, maka dapat membuat hujan segera turun.

"Kondisi saat ini kering dan membuat petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk diesel air maupun biaya sewa," tandasnya.