Pixel Code jatimnow.com

Diduga Dianiaya Seniornya, Orang Tua Pelajar Banyuwangi Lapor Polisi

Editor : Arif Ardianto   Reporter : Hafiluddin Ahmad
Sekolah Pelayaran SMKN1 Kalipuro Banyuwangi.
Sekolah Pelayaran SMKN1 Kalipuro Banyuwangi.

jatimnow.com - Salah satu pelajar SMK Negeri 1 Kalipuro berinisial FZ (15) dikabarkan mendapat perlakuan penganiayaan oleh para seniornya. Pelajar itu pun memar dan lebam di wajahnya.

Orang tua korban, Sahrir (40) menceritakan, anaknya FZ (15) mendapat kekerasan fisik sekitar sepekan yang lalu. Peristiwa dugaan penganiayaan itu bermula saat anaknya tidak masuk sekolah karena sakit.

Namun setelah sehat, anaknya kembali masuk sekolah yang justru dihukum oleh kakak kelasnya. Bahkan, saat itu anaknya dihukum bersama 3 siswa lainnya yang diketahui juga pernah tidak masuk sekolah.

Akibat kekerasan itu, FZ menderita luka memar dan lebam di bagian wajah. Oleh karena itu,ia melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.

"Saya kaget (waktu itu) melihat anak saya pulang sekolah memar-memar di wajah. Saya tidak terima dan laporan polisi," kata Sahrir kepada wartawan, Selasa (25/9/2018).

Anaknya yang saat ini sekolah jurusan Pelayaran Niaga tersebut, hingga kini enggan masuk ke sekolah setelah adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh para seniornya.

"Pas apel pagi (anaknya) dipanggil oleh seniornya agar maju. Ada 4 anak yang tidak masuk dan ditampar bergantian oleh rekan sekelasnya atas perintah seniornya. Disuruh menampar yang keras, jika tidak akan dihukum oleh kakak kelasnya," papar Sahrir menceritakan kronologinya.

Saat itu, anaknya mengeluhkan pusing dan sakit ketika mengunyah makanan. Oleh karena itu, setelah dia melakukan visum, ia berharap aparat kepolisian mengusut tuntas kejadian tersebut.

Baca juga:
Hasil Operasi Zebra Hari ke-10 di Sidoarjo, Pelanggaran Didominasi Pelajar

"Okelah sekolah menerapkan pendidikan semi militer. Tapi kalau sampai menampar, jelas kita tolak," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kalipuro Yuswardiman mengaku, pihaknya telah membentuk tim internal untuk mencari fakta atas insiden yang terjadi di lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu.

Saat ditanya kronologi insiden dugaan penganiayaan tersebut, ia mengaku tidak tahu secara pasti.

"Pelajar yang tidak masuk memang dihukum fisik seperti gelundungan dan push up, itu atas kesepakatan pelajar sendiri. Pendidikan kita memang semi militer karena dunia kerjanya di laut dan keras," pungkasnya.

Baca juga:
DPRD Jatim Terima Kunjungan Siswa SMP, Ini yang Dipelajari