Pixel Code jatimnow.com

Cerita Keangkeran Brawijaya Masa Lalu, Kini Persik Kediri Malah Sering Kalah di Kandang

Editor : Redaksi   Reporter : Yanuar Dedy
Tri Widodo, tokoh sentral Persik Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Tri Widodo, tokoh sentral Persik Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Cerita soal keangkeran Stadion Brawijaya di masa lalu, mungkin terdengar cukup akrab di telinga publik bola Kediri. Tim-tim besar tumbang di tangan Macan Putih saat itu. Kini, tuan rumah malah sering kalah.

Persik Kediri memang tidak buruk-buruk amat di awal Liga 1 2024/2025 ini. Anak asuh Marcelo Rospide itu mampu mengoleksi 15 poin dari 4 kemenangan, 3 hasil imbang dan 4  kali menelan kekalahan, yang 3 di antaranya justru terjadi di kandang mereka Brawijaya.

“Suporter manapun, termasuk Persik Mania pasti ingin tim kesayangannya menang apalagi di kandang sendiri. Persik bagus, tapi memang musim ini kita malah seringnya kalah di kandang," ujar suporter kawakan, Achmad Hery Tjahyono, Selasa (26/11/2024).

“Kalau bercandanya temen-temen itu stadionnya harus diruwat (upacara penyucian atau buang sial),” kelakar Petis, sapaan akrabnya.

Tokoh sentral Persik Kediri Tri Widodo pun punya cerita menarik soal angkernya Brawijaya untuk semua lawan pemilik dua bintang tersebut. Hal itu mulai terasa di era 2003, saat Persik Kediri berhasil promosi ke kasta tertinggi sepak bola Tanah Air.

Widodo Hunter, panggilan akrabnya menyebut, di era itu tim-tim besar sekelas Persija Jakarta dan Persipura Jayapura yang memiliki sederet pemain bintang tumbang di tangan Persik Kediri.

Termasuk Semen Padang yang dilibas dengan skor telak 6-2. Macan Putih seolah menang dengan mudah di Stadion Brawijaya.

“Mulai dianggap angker tahun 2003, karena tim yang biasa saja itu bisa menumbangkan tim-tim besar. Contoh pada tahun 2003 itu PSPS Pekanbaru kan dihuni pemain bintang ya, ada Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, Kurniawan Dwi Yulianto, mereka tumbang disini 1-0, Persija juga tumbang, Persipura juga tumbang disini, Semen Padang juga tumbang disini,” kata Widodo.

“Dulu sulit sekali menang disini. Kalau orang nonton itu nanti Persik menang berapa ya, itu sudah pasti. Jadi keangkeran disini luar biasa,” tambahnya.

Baca juga:
Tiket Laga Kandang Persik Kediri Kini Dijual di Sejumlah Coffee Shop, Ini Daftarnya

Juara bertahan Petrokimia Putra kenang Widodo, juga tumbang oleh Persik Kediri.

“Petrokimia Putra itu kan juara Liga Indonesia tahun 2002, kita bantai disini 4-0. Jadi tim-tim besar semua tumbang disini. Makanya saya bilang Stadion Brawijaya ini angker,” kenang Widodo.

Laga itu menjadi yang paling berkesan bagi Widodo. Persik yang dihuni pemain biasa-biasa saja mampu mengalahkan juara bertahan dengan skor meyakinkan 4-0.

“Saya yang paling berkesan itu tahun 2003 bagaimana tim sekelas Petrokimia, juara bertahan dihuni oleh banyak pemain bintang bisa tumbang disini 4-0. Setelah itu Persik itu menang sangat mudah, lawannya seperti tidak berimbang, karena saking perkasanya Persik,” kisahnya.

“Pemain biasa, tidak ada pemain nasionalnya. Kolektivitas tim pada waktu itu, dibarengi angkernya Brawijaya, dengan antusiasi animo penonton yang luar biasa, mungkin doanya supporter yang menyebabkan Persik betul-betul superior dan menjadi juara pertama kalinya. PSM tumbang, semua tumbang disini,” lanjutnya.

Baca juga:
Jadwal Persik Kediri di Liga 1 2024/2025, Pekan 1-7

Tak hanya angker, Stadion Brawijaya juga berkelas Internasional. Stadion milik Pemerintah Kota Kediri yang berada di jalan Ahmad Yani itu pernah menggelar pertandingan Liga Champion Asia.

“Saya bilang juga stadion Internasional pada waktu itu. Karena kita pernah menggelar Liga Champion Asia di Stadion Brawijaya. Ahn Jung Wan pernah main disini juga,” tandasnya.

Sayang, saat ini Persik Kediri justru sering kalah. Lawan yang datang menang dengan mudah.

Terakhir PSIS Semarang yang sebenarnya dalam tren buruk malah menang 0-1. Sebelumnya mereka pernah ditahan imbang tim promosi Malut United dan kalah dari PSBS Biak yang juga datang dari Liga 2.