jatimnow.com - Hari ini, tanggal 22 Desember 2024, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu. Sejumlah organisasi wanita, komunitas, maupun kelompok masyarakat menggelar beragam kegiatan untuk merayakan hari istimewa ini.
Kedudukan seorang ibu memang istimewa dalam kehidupan semua orang. Karena ibu menjadi jalan pertama datangnya seorang manusia baru ke dunia ini. Selanjutnya, anak diasuh dan dididik hingga dewasa pun tak lepas dari peran seorang ibu, tanpa mengabaikan peran ayah, anggota keluarga yang lain, sekolah, hingga masyarakat di sekitar anak tersebut.
Namun sayangnya, kegiatan yang digelar sebagai peringatan Hari Ibu kerap justru tidak mempertebal peran istimewa seorang ibu, melainkan hanya euforia masyarakat yang terkadang lebih mirip lelucon. Misalnya saja pada lomba 'nyunggi tempeh', lomba memasak, atau bahkan sepakbola ibu-ibu.
Lomba-lomba Agustusan seperti ini mungkin memang bisa menyenangkan para warga sekitar, bahkan ibu-ibu sendiri menikmati, yang jangan-jangan karena para ibu sendiri jarang diajak bersenang-senang oleh keluarganya, entah piknik atau sekedar bersenda gurau dan bermain-main.
Lalu bagaimana seharusnya kita merayakan Hari Ibu? Hal ini kembali pada bagaimana kita memaknai Hari Ibu itu sendiri.
Awal ditetapkannya Hari Ibu pada 22 Desember diawali dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959, tertanggal 16 Desember 1959, oleh Presiden Soekarno. Keputusan tersebut diambil saat Kongres Perempuan Indonesia 1928. Jadi penetapan Hari Ibu ini diliputi dengan semangat para perempuan Indonesia pada peran aktifnya membangun bangsa dan negara.
Pada masa itu, harus kita pahami sebagai masa perjuangan bangsa Indonesia keluar dari penjajahan Belanda. Perjuangan tidak hanya dilakukan oleh para pria, namun juga para wanita dalam banyak segi, di antaranya membangun kesadaran untuk bisa bekerja sama berdampingan dengan perjuangan para pria.
Saat ini, peran ibu masih tetap dibutuhkan dalam pembangunan, bahkan memiliki posisi yang sangat penting, yaitu menjadi pengasuh dan pendidik anak-anak bangsa, yang menjadi ahli waris bangsa ini. Ibu sebagai sekolah pertama anak-anak, adalah posisi vital yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Bagaimana seorang anak memandang orang tua, keluarga, rumah, kerabat, tetangga, pekerjaan orang tua, peran orang tua, hingga arti dunia ini, dalam masa balita hingga awal bersekolah, semua dipelajari pertama kali dari sang ibu.
Baca juga:
Menteri Arifah Tekankan Perempuan Berdaya pada Peringatan Hari Ibu 2024
Namun sayangnya, dalam masyarakat masa kini, di tengah kekaguman yang tak selesai terhadap perangkat teknologi gadget, peran ibu seringkali tergantikan oleh handphone, tablet dan berbagai perangkat sejenis. Apakah karena ibu tak sanggup lagi menjawab pertanyaan anak-anak zaman sekarang yang terus menghujan seperti air terjun yang tak bisa dibendung? Dan hanya AI dalam perangkat gadget yang bisa menjawab semua pertanyaan?
Anak-anak tidak selalu membutuhkan jawaban yang tepat dan akurat, melainkan jawaban dengan suara yang ramah penuh kasih sayang, dengan belaian dan dekapan, agar ia paham arti kasih sayang manusia. Terkadang ia juga perlu suara tegas untuk larangan agar ia paham hal yang kurang baik dan yang tidak diperbolehkan. Ia perlu gurauan dan permainan agar ia merasakan kegembiraan dan kesenangan. Ia juga perlu amarah sesekali, agar ia tahu akibat dari perbuatan buruk. Dari ibu dan keluargalah, hal itu bisa dirasakan dan dipelajari.
Ini adalah peran ibu sehari-hari, yang di masa kini perlahan-lahan tergantikan oleh handphone. Banyak orang tua yang memberikan anak handphone supaya anak duduk manis dengan tenang, tidak berteriak, tidak meracau, tidak berlarian kesana kemari, padahal andai sang ibu mau belajar untuk mengajak anak duduk manis, anak pun akan belajar untuk duduk manis.
Pergantian posisi yang makin masif ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Negara seharusnya melihat hal ini bukan hanya sebagai problem domestik internal keluarga. Negara melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Kabinet Merah Putih, dengan kelengkapan perangkat sistemnya harusnya bisa melihat ini sebagai potensi pelemahan generasi mendatang, sehingga perlu ada langkah kebijakan tertentu untuk menjaga moment pengajaran dan pendidikan dari ibu terhadap anak.
Baca juga:
Rayakan Hari Ibu, PFI Kota Surabaya Bedah Buku "IBU" Khofifah Indar Parawansa
Untuk memberikan waktu bagi anak memperoleh pendidikan dari sang ibu, tidak hanya dengan memberikan hari libur bagi ibu dan anak agar memiliki 'we time'. Namun terlebih dahulu sang ibu juga membutuhkan penguatan mental dan kemampuan kognitif untuk memberikan pendidikan dengan "Cara Ibu".
Kebijakan yang fokus pada permasalahan ini akan memberikan dampak yang signifikan pada negara dan bangsa ini di masa mendatang, karena generasi penerus tidak hanya berkualitas dalam pendidikan akademik dan memiliki daya saing karena luasnya pengetahuan dan wacana, namun juga memiliki mental positif yang kokoh.
Nilai kejujuran, keberanian, ketangguhan, bersahaja atau kesederhanaan, tidak cukup hanya dipelajari melalui pelajaran PPKN di sekolah. Nilai itu hanya bisa ditanamkan sejak kecil agar berkembang dan bertumbuh seiring perkembangan kehidupan anak. Itulah mengapa permasalahan ini memerlukan campur tangan negara karena target output dari kebijakan yang dilahirkan adalah memperkuat pondasi negara, yaitu generasi muda di masa depan.
Penulis: Endang Pergiwati
URL : https://jatimnow.com/baca-74206-peringatan-hari-ibu-dan-perannya-untuk-pembangunan-bangsa