Pixel Code jatimnow.com

Ramadan Now 2025

Sumur Giling Sunan Sendang Duwur Lamongan 5 Abad Tak Pernah Surut

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Penampakan Sumur Giling peninggalan Sunan Sendang Duwur Lamongan. (Foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Penampakan Sumur Giling peninggalan Sunan Sendang Duwur Lamongan. (Foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Menelusuri jejak warisan penyebaran Islam di pesisir Lamongan tak lepas dari peran Sunan Sendang Duwur atau Raden Noer Rahmad. Salah satu peninggalannya yakni Sumur Giling.

Hidup di abad ke-15 sekitar 1520-1585 M, Raden Noer Rahmat banyak meninggalkan artefak maupun benda dan tempat bersejaran di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan.

Keberadaan Sumur Giling hingga kini masih diselimuti misteri. Selain rasa tawar lokasinya yang berada di puncak bukit juga karena suwur tersebut tak pernah surut.

Jika sumur itu ada sejak masa Raden Noer Rahmat maka 5 abad atau 500 tahun sudah sumur tersebut menjadi saksi bisu perkembangan zaman. Ajaibnya sejak dibuat, Sumur Giling tidak pernah surut dan bentuknya tetap dipertahankan hingga saat ini.

Letaknya berada di sisi timur Masjid Tiban, yang juga menjadi salah satu peninggalan ikonik Raden Noer Rohmad.

Asal muasal sumur tersebut penuh kisah menarik. Dikisahkan jika Raden Noer Rohmad memindahkan masjid dari Mantingan, Jepara ke atas Bukit Dusun Amin Tunon yang sekarang menjadi Desa Sendang Duwur dalam waktu semalam.

"Setelah masjid dipindah ke sini, pastinya butuh sumber air untuk berwudhu dan bersuci. Karena di sekitar sini sulit ditemukan sumber air, kemudian Mbah Sunan Sendang bermunajat kepada Allah," ungkap keturunan ke-13 Sunan Sendang Duwur, Irvan Masyuri, Selasa (18/3/2025).

Seusai bermunajat itu, lanjut Irvan, Sunan Sendang kemudian diberi petunjuk langsung melalui kilauan sinar terang yang jatuh tepat di sebelah timur Masjid Tiban.

"Sinar jatuh dari langit tepat di sisi timur masjid. Selanjutnya Mbah Sunan Sendang melihat sinar yang jatuh. Kebetulan sinar yang jatuh itu menembus tanah dan berasap," lanjutnya.

Dari sinar yang diyakini sebagai petunjuk adanya sumber air, letak jatuhnya cahaya tersebut digali dan mengeluarkan sumber air.

"Sumur tersebut sampai sekarang masih dipakai, dan dipertahankan bentuk aslinya," ujarnya.

Lebih lanjut, Irvan menyampikan penamaan Giling dalam sumur tersebut diambil dari cara pengambilan air yang menggunakan alat menyerupai penggilingan padi kuno yang dikaitkan dengan tali dan ember.

"Tidak banyak yang diubah dan direnovasi, kami mempertahankan orisinalitasnya," pungkasnya.