jatimnow.com - Sebuah video viral di media sosial membandingkan angka kemiskinan Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar), memicu polemik dan potensi kesalahpahaman publik.
Sekretaris Jenderal Barisan Gus dan Santri (Baguss), Yusuf Hidayat, atau yang akrab disapa Gus Yusuf, memberikan klarifikasi penting terkait perbedaan angka tersebut. Ia menegaskan pentingnya memahami konteks sebelum menarik kesimpulan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka kemiskinan di Jatim mencapai 3,9 juta jiwa, sedikit lebih tinggi dari Jabar yang berjumlah 3,8 juta jiwa. Namun, Gus Yusuf menjelaskan bahwa membandingkan kedua angka ini secara langsung adalah sebuah penyederhanaan yang keliru.
"Membandingkan angka kemiskinan antar provinsi secara langsung tanpa mempertimbangkan variabel yang berbeda di setiap daerah adalah tidak tepat," tegas Gus Yusuf dalam video klarifikasinya.
"Saya ingin masyarakat tidak gagal paham dan terjebak dalam framing yang salah," lanjutnya.
Gus Yusuf menjabarkan beberapa faktor kunci yang menyebabkan perbedaan angka kemiskinan tersebut. Pertama, jumlah Kabupaten/Kota dan Desa. Jatim memiliki 38 kabupaten/kota dan 7724 desa, jauh lebih banyak daripada Jabar yang hanya memiliki 27 kabupaten/kota dan 5312 desa.
Keterbatasan akses infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan transportasi di daerah pedesaan berkontribusi signifikan terhadap angka kemiskinan.
Kudua Luas Wilayah. Jatim memiliki luas wilayah 47.803,49 km², lebih luas dari Jabar yang hanya 35.377,76 km². Luas wilayah yang lebih besar berarti cakupan pelayanan dan pembangunan yang lebih kompleks.
Baca juga:
Mengenal Sosok Viral Thomas Alva Edisound, Ternyata Warga Blitar
Selanjutnya Jarak ke Pusat Pemerintahan dan Bisnis. Jatim terletak lebih jauh dari Jakarta, pusat pemerintahan dan bisnis nasional, dibandingkan Jabar.
Kedekatan Jabar dengan Jakarta memberikan akses yang lebih mudah bagi warganya untuk mendapatkan pekerjaan dan peluang ekonomi. Banyak warga Jabar yang bekerja di Jakarta, yang tidak terjadi secara signifikan di Jatim.
Gus Yusuf menambahkan, meskipun menghadapi tantangan geografis dan jumlah penduduk desa yang besar, Gubernur Khofifah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan di Jatim hingga dua digit.
Hal itu menunjukkan keberhasilan program-program pro-rakyat yang dijalankan. Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi Jatim juga menempati peringkat kedua tertinggi di Indonesia setelah Jakarta.
Baca juga:
Viral Bukan Jaminan Kompeten, Stop Pengangkatan Duta Wisata Asal-Asalan!
"Justru dengan tantangan yang ada, Gubernur Khofifah dan jajarannya mampu memaksimalkan potensi Jatim, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Gus Yusuf.
"Ini menunjukkan keberhasilan kolaborasi antara Gubernur Khofifah, Wakil Gubernur Emil Dardak, dan Sekretaris Daerah Provinsi Adhy Karyono dalam menjadikan Jatim sebagai gerbang baru nusantara," tambahnya.
Kesimpulannya, perbandingan angka kemiskinan antara Jatim vs Jabar memerlukan analisis yang lebih mendalam dan komprehensif, mempertimbangkan berbagai faktor geografis, demografis, dan ekonomi.
Membandingkan angka secara langsung tanpa mempertimbangkan konteks hanya akan menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan.