Pixel Code jatimnow.com

Profesor ITS Ubah Limbah Jadi Adsorben, Solusi Pencemaran Air Ramah Lingkungan

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Prof Yatim Lailun Ni'mah SSi MSi PhD ketika melakukan uji laboratorium untuk risetnya. (Foto: Humas ITS for jatimnow.com)
Prof Yatim Lailun Ni'mah SSi MSi PhD ketika melakukan uji laboratorium untuk risetnya. (Foto: Humas ITS for jatimnow.com)

jatimnow.com - Limbah masih jadi momok bagi lingkungan dan kesehatan di Indonesia. Guru Besar ITS, Prof. Yatim Lailun Ni’mah, hadirkan solusi inovatif, yakni pengolahan limbah jadi adsorben untuk atasi limbah berbahaya.

Dosen Kimia ITS ini menjelaskan bahwa limbah berbahaya seperti logam berat dan zat kimia industri mencemari perairan dan merusak ekosistem. "Pesatnya industri dan pertanian memperparah masalah ini," ujarnya.

Berbagai metode pengolahan limbah sudah ada, namun sering terkendala biaya dan dampak sampingan. Prof. Ni’mah meyakini perlunya solusi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Profesor dari Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS ini kembangkan pendekatan adsorpsi. Limbah diolah jadi material penyerap untuk tanggulangi limbah berbahaya.

"Pendekatan waste to resource penting agar limbah jadi aset," terangnya.

Limbah pertanian seperti sekam padi dan kulit manggis diolah jadi karbon aktif. Limbah padat industri seperti botol kaca dan abu terbang (fly ash) disintesis jadi silika gel.

"Adsorben ini serap kontaminan berbahaya seperti logam berat dan zat warna," papar Ni'mah.

Baca juga:
Solusi Cerdas, Mahasiswa Ubah Limbah Kerang Menjadi Produk Bernilai Ekonomi

Istri dari Agus Karyoso Cahyono ini terangkan bahwa adsorpsi efektif dan murah. Zat beracun dalam air limbah menempel pada adsorben, sehingga air jadi lebih bersih.

Material berpori seperti karbon aktif dan silika gel digunakan sebagai adsorben. Proses ini dapat berlangsung melalui interaksi fisik maupun ikatan kimia, sehingga fleksibel untuk berbagai kebutuhan.

Dalam risetnya, Prof Ni’mah berhasil sintesis silika gel dari limbah botol kaca dengan kemurnian 75,63%. Material ini efektif serap logam berat dengan efisiensi 99%! Pemanfaatan limbah organik juga turunkan konsentrasi polutan berbahaya lebih dari 90%.

Baca juga:
Pj Bupati Bangkalan Ajak Warga Tabung Minyak Jelantah, Ini Targetnya

"Solusi ini mudah diterapkan di berbagai skala, bahkan di daerah dengan infrastruktur terbatas," tambah Kepala Program Studi Sains Analitik dan Instrumentasi Kimia ITS ini.

Inovasi ini dukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin tentang air bersih dan sanitasi, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

"Semoga pengelolaan limbah terus berkembang dan dipasarkan luas," harap ibu tiga anak ini.