Pixel Code jatimnow.com

Fakta Pahit Dibalik Kematian Gajah Sumatera

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Anak gajah bernama Tari ditemukan mati di TN Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (10/9/2025). (Foto/Balai TNTN Kabupaten Pelalawan)
Anak gajah bernama Tari ditemukan mati di TN Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (10/9/2025). (Foto/Balai TNTN Kabupaten Pelalawan)

jatimnow.com - Kabar duka kembali menyelimuti dunia konservasi Indonesia. Anak Gajah Sumatera bernama Kalistha Lestari, atau akrab disapa Tari, dilaporkan mati di Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, pada Rabu (10/09/2025). Kematian Tari menambah daftar panjang tragedi yang menimpa Gajah Sumatera, spesies yang semakin terancam punah.

Singky Soewadji, pemerhati satwa liar dan Koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI), angkat bicara mengenai kondisi darurat ini. Dalam pernyataan tertulisnya, Singky mengungkapkan fakta-fakta pahit mengenai kematian gajah yang terus berulang.

"Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir saja, ada puluhan Gajah Sumatera mati terbunuh dan hampir satu setiap bulannya. Publik diam, pemerhati dan pecinta satwa pada kemana?" tanya dia dengan nada prihatin.

Ia juga menyoroti kasus kematian empat gajah di Barumun dalam waktu lima bulan antara September 2022 hingga Februari 2023.

Singky tidak hanya mengungkap fakta, tetapi juga melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah. "Pemerintah abai, prioritas salah," tegasnya.

Ia menyinggung ketidakseimbangan antara anggaran untuk fasilitas menteri yang mewah dengan dana konservasi gajah yang terabaikan.

"Saat jatah konsumsi menteri dinaikkan menjadi Rp. 171.000 per hari dan hotel Rp. 9.300.000 per malam, dana konservasi Gajah terabaikan," sindirnya.

Baca juga:
Melihat Rocky Balboa, Anak Gajah Dumbo yang Baru Lahir di KBS

Singky juga menyoroti ancaman deforestasi dan perburuan gading ilegal sebagai penyebab utama penurunan populasi Gajah Sumatera.

"Penyebab utama: deforestasi massal 24 juta hektar hutan dalam dekade terakhir, konflik manusia-Gajah, dan perburuan gading ilegal," jelasnya.

Ia juga menyinggung kasus penyitaan 150 ekor burung langka di Jawa Timur pada Agustus 2025 sebagai bukti adanya jaringan kuat perdagangan ilegal satwa liar, dengan gading gajah sebagai salah satu target utama.

Singky juga mengkritik penunjukan sosok yang dianggap tidak kompeten di bidang kehutanan untuk memimpin departemen terkait.

Baca juga:
Video: Hai Dumbo, Selamat Datang di KBS!

"Kita berharap sosok ahli Kehutanan memimpin Departemen Kehutanan, tapi Presiden Prabowo menunjuk ahli Ke Tuhanan yang memimpin Departemen Kehutanan. Kita butuh Raja Hutan mengawasi hutan kita, bukan Raja Juli!" serunya.

Untuk itu, Singky menyerukan aksi nyata untuk menyelamatkan Gajah Sumatera dari kepunahan. "Saatnya aksi nyata, atau kita kehilangan matriark dan memori alam selamanya," tegasnya.

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersuara dan menekan pemerintah agar lebih serius dalam melindungi satwa liar yang dilindungi, khususnya Gajah Sumatera.