Pixel Codejatimnow.com

Pasien Demam Berdarah di Ponorogo Meningkat, Begini Kondisinya

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Mita Kusuma
Sejumlah pasien anak dirawat di lorong RSUD Dr Hardjono Ponorogo
Sejumlah pasien anak dirawat di lorong RSUD Dr Hardjono Ponorogo

jatimnow.com - Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Ponorogo meningkat. Di ruang rawat inap khusus anak RSUD Hardjono, dari 39 kamar yang tersedia, tidak mampu menampung semua pasien yang penyakit ini.

Sebab hingga Sabtu (19/1/2019), jumlah pasien demam berdarah di rumah sakit ini, mencapai 47 pasien. Sejumlah pasien yang tidak kebagian kamar terpaksa menjalani perawatan di lorong rumah sakit.

Tidak hanya 47 pasien demam berdarah saja yang tidak kebagian kamar, sejumlah pasien penyakit lainnya juga mengalami hal sama. Seperti Maya Laili (13) asal Kelurahan Pakunden, Ponorogo ini.

"Cucu saya menderita Talasemia. Sabar aja menanti. Jadi ini sementara di lorong," ungkap Sriyani, nenek dari Maya Laili.

Ia menyatakan tidak keberatan cucunya dirawat di lorong. Baginya, yang penting cucunya mendapat perawatan sembari menunggu pasien lain sembuh.

Meski begitu, dia berharap ada kamar cadangan yang dapat digunakan untuk merawat cucunya. "Gak apa-apa di sini dulu, tapi mudah-mudahan ada kamar cadangan yang bisa dipakai," harap Sriyani.

Baca juga:  

Terpisah, Kabid Pelayanan Medik RSUD Dr. Hardjono Ponorogo, Dr. Siti Nurfaidah mengatakan, tidak semua yang dirawat di ruang tersebut menderita DBD.

Baca juga:
41 Warga Donorojo Pacitan Terjangkit Demam Berdarah

Ia mengaku, untuk pasien DBD ditempatkan khusus di ruang yang sudah dilengkapi dengan sarana khusus.

"Kami pastikan untuk pasien DBD sudah mendapat kamar. Namun demikian, karena jumlahnya cukup tinggi, sehingga pasien yang datang harus cukup bersabar," ujar Siti.

Siti membeberkan, anak yang terjangkit DBD dari awal bulan hingga saat ini mencapai 41 pasien. Sebanyak 25 anak di antaranya sudah diperbolehkan pulang.

Dari jumlah itu, satu anak dinyatakan meninggal dunia akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.

Baca juga:
Pasien DBD Meninggal di Tulungagung Tembus 10 Orang, Ini Dalih Dinkes

"Memang jumlah pasien khusus DBD meningkat drastis di awal tahun ini," lanjutnya.

Dari catatannya, pada bulan Desember 2018 lalu, hanya sekitar 19 pasien, satu diantaranya meninggal dunia.

Terkait membludaknya pasien anak, Siti mengaku telah mengantisipasi dengan menyiapkan ruangan cadangan. Selain itu, pihaknya memastikan pasien yang dirawat di lorong tetap mendapat pelayanan medis secara optimal.

"Itu bersifat sementara meskipun secara fasilitas mungkin kurang nyaman bagi pasien, tetapi obat dan lainnya yang bersifat medis kami usahakan optimal," ucapnya.