Pixel Code jatimnow.com

Siswa SMP Sidoarjo ini Belajar Kematian di Museum Etnografi Unair

Editor : Sandhi Nurhartanto   Reporter : Jajeli Rois
Kunjungan siswa ke Kuseum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Universitas Airlangga
Kunjungan siswa ke Kuseum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Universitas Airlangga

jatimnow.com - Ratusan siswa kelas VII SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo kunjungi Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Universitas Airlangga (Unair).

Para siswa diajak belajar konsep kematian terutama dari segi budaya. Saat berkunjung ke museum tersebut, diketahui Indonesia memiliki keragaman budaya terkait kematian.

"Dalam mata pelajaran IPS, terdapat tema tentang memahami kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara," kata guru pengampu mata pelajaran IPS sekaligus penanggungjawab program Kunjungan ke Museum, Gatot Purwanto dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (22/1/2020).

"Dan lewat kunjungan ke museum secara langsung ini, maka diharapkan siswa mampu mendapatkan gambaran utuh dan konkret bagaimana kebudayaan seputar kematian yang ada di tiap suku bangsa di Indonesia,” imbuhnya.

Diketahui juga bahwa di zaman pra aksara tepatnya di periodesasi megalitikum, manusia sudah mengenal kepercayaan.

Diantaranya menyembah kekuatan gaib yakni animisme (mempercayai bahwa benda-benda mati / tidak bernyawa memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (mempercayai bahwa benda-benda hidup/ bernyawa memiliki kekuatan gaib).

Selain itu mereka mempercayai bahwa kematian bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, namun sebuah era perjalanan kehidupan yang baru.

Di era ini, masyarakatnya juga sudah memiliki tradisi ritual tertentu saat terjadi kematian.

Baca juga:
Pelajar SMP di Jember Ikuti Pelatihan Jurnalistik

"Salah satu budaya yang berkembang di era tersebut adalah berupa tradisi yaitu upaya mengawetkan jenazah orang-orang yang mati," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa tradisi dan bentuk budaya prosesi kematian dan bagaimana memperlakukan seseorang yang meninggal sesuai periodesasi masa pra aksara sudah dijelaskan dalam pelajaran di kelas.

Namun dengan melihat langsung ke museum, diharapkan pembelajaran lebih dipahami oleh siswa.

"Biar siswa lebih memahami, belajar lebih nyata dan tidak sekedar membayangkan saja," lanjutnya.

Baca juga:
Duka Pelajar Pemain Ajang Piala Soeratin di Bojonegoro, Diduga Panpel Tidak Siap

Kunjungan ke Museum Etnografi disambut antusias ratusan siswa tersebut. Mereka terlihat penasaran dengan aneka koleksi tulang belulang manusia yang ada.

Selain itu, para siswa juga terlihat serius memperhatikan penjelasan mengenai keanekaragaman budaya kematian yang ada di Indonesia.

"Sempet merinding sih pas mau masuk ke museum, tapi pas masuk dan mendapat penjelasan dari petugas museum saya jadi senang. Karena ternyata tradisi kematian tiap daerah berbeda- beda," ujar salah satu siswa, Salwa.