Pixel Codejatimnow.com

Perajin Tahu di Jombang Mogok Produksi, Disdagrin Beri Solusi Ukuran Diperkecil

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Supriyadi
Perajin tahu di Jombang saat proses produksi. (Foto: Elok for jatimnow.com)
Perajin tahu di Jombang saat proses produksi. (Foto: Elok for jatimnow.com)

Jombang - Harga kedelai yang mahal membuat perajin tahu di Kabupaten Jombang melakukan aksi mogok produksi.

Ada sekitar 85 perajin tahu yang melakukan mogok produksi di tiga desa di Kabupaten Jombang sejak Minggu (20/2/2022) kemarin hingga hari Selasa (22/2/2022).

Ketua Paguyuban Perajin Tahu Jombang, Imam Subkhi mengatakan, mogok produksi ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan karena harga kedelai yang mencapai Rp11.500 per kilogram.

"Aksi putus asa, kita harus mengadu kemana kita tidak tahu makanya kita berhenti produksi sementara. Ada sekitar 83 hingga 85 produsen," kata Imam, Senin (21/2/2022).

Menurut Imam, tak hanya mogok produksi, perajin tahu juga melakukan aksi mogok berjualan hingga Rabu (23/2/2022). Kebutuhan kedelai yang dibutuhkan dari 85 perajin tahu tempe mencapai 100 ton kedelai impor.

Baca juga:
Harga Kedelai Impor Terus Naik, 5 Perajin di Kota Kediri Gulung Tikar

Menurut Imam, sebanyak 3 ribu pekerja juga harus diliburkan akibat aksi mogok ini. Dirinya berharap supaya pemerintah memberikan solusi.

"Harapan saya kedelai turun dan harga minyak stabil. Kalau di paguyuban kami itu sekitar 100 ton per harinya," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jombang, Hari Oetomo menjelaskan, kondisi harga mahal itu karena harga impor dan lokal naik.

Baca juga:
Siasat Pengusaha Tahu Hadapi Harga Kedelai Naik dan Tak Stabil

"Harga di negara asalnya Amerika itu tinggi jadi terpengaruh semua nasional. Intinya pengusaha tahu dan tempe diberikan pengertian, pemahaman agar maklum karena kondisi nasional, estimasi bulan Juni Juli harganya normal kembali," tukasnya.

Ia meminta pengusaha tahu dan tempe untuk mengurangi atau memproduksi dengan mengurangi kualitas atau memperkecil ukuran. "Ya, agar mengemas harga lebih murah, mengurangi kualitas atau ukurannya diperkecil," pungkasnya.