Pixel Code jatimnow.com

Mas Dhito Ajak Buah Hati Monitoring Program Pengembangan Korporasi Sapi

Editor : Arina Pramudita   Reporter : Bramanta Pamungkas
Mas Dhito ajak buah hati dan istri saat monitoring program pengembangan koorporasi sapi. (Foto: dok Humas Pemkab Kediri/jatimnow.com)
Mas Dhito ajak buah hati dan istri saat monitoring program pengembangan koorporasi sapi. (Foto: dok Humas Pemkab Kediri/jatimnow.com)

Kediri - Ada yang berbeda saat Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramono melakukan monitoring program pengembangan desa korporasi sapi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngaduluwih. Mas Dhito turut mengajak anaknya, Shanaya dan istrinya Annisa Hanindhito dalam melakukan monitoring ini.

Bupati muda ini sengaja mengajak sang anak untuk mengenalkannya bagaimana peternak sapi mengembangkan hewan ternaknya. Mas Dhito menjelaskan, monitoring dilakukan karena ada beberapa titik yang kuota sapinya belum terpenuhi. Menurut rencana, seluruhnya akan terpenuhi pada bulan ini.

Program pengembangan korporasi sapi ini akan diberikan kepada 5 kelompok peternak di Kecamatan Ngadiluwih. Total sapi yang diberikan sebanyak 1000 ekor dengan 500 sapi bakalan untuk fattening atau penggemukan, dan 500 sapi impor untuk pengembangbiakan.

Hingga 4 Maret 2022, sapi yang diterima oleh kelompok tani Banjasari Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih mencapai 135 ekor. Jumlah ini terdiri 100 ekor sapi bakalan dan 35 ekor sapi impor. Dari sapi yang sudah diterima tersebut, sudah ada 27 ekor sapi bakalan yang siap dijual. Meski demikian, penjualan tersebut akan dilakukan setelah seluruh kuota sapi diberikan.

"Penjualan sapi menunggu semua kuota terpenuhi, tidak bisa langsung dijual," ujar Mas Dhito, Sabtu (5/3/2022).

Mas Dhito ajak keluarga saat monitoring program pengembangan koorporasi sapi.Mas Dhito ajak keluarga saat monitoring program pengembangan koorporasi sapi.

Baca juga:
Perkuat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Ini Komitmen Pemkot Pasuruan dan BPJS

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih menjelaskan, selain 27 sapi bakalan yang siap dijual dan dipotong, terdapat juga 6 sapi betina yang melahirkan, 23 bunting, dan sisanya masih negatif atau belum bereproduksi.

Tidak hanya sapi yang dikembangkan, bahkan peternak di program ini sudah mampu memanfaatkan biogas dari limbah kotoran sapi. Selain itu, mereka juga telah membuat pupuk dari limbah kotoran yang per harinya bisa mencapai 20 kilogram. Dengan cara demikian, kandang komunal ini tidak akan mencemari lingkungan dengan bau menyengat.

Peternak ini akan terus berbenah untuk proses manajemen pengembangbiakan dan penggemukannya. Pasalnya dengan jumlah yang terbilang banyak, peternak dituntut untuk memberikan perhatian ekstra kepada sapi-sapi tersebut.

Baca juga:
Tim Monitoring KPK Dorong Keindahan Kota Mojokerto

“Harapanya, kuotanya agar segera terpenuhi sehingga untuk target penjualan atau pemotongan sapi ini bisa berjalan sesuai target, petunjuk pelaksanaan dan bisa berkembang lebih pesat tentunya,” pungkasnya.

(ADV)