Tulungagung - Seorang penari tak hanya dituntut memiliki gerakan yang luwes, tapi harus bisa menjiwai setiap tarian yang dipentaskan.
Hal ini diungkapkan maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok, saat mengisi Workshop Kepenarian di Tulungagung yang digelar oleh Sanggar Seni Candra Mustika pada Minggu (12/06/2022).
Para penari diharapkan tidak sekedar menari dengan mengikuti irama atau gerakan yang berenergi. Namun, mereka juga harus memahami konsep menari dengan Wirogo, Wiromo dan Wiroso.
Menari dengan penjiwaan penuh ini termasuk dalam konsep Wiroso. Diperlukan pendalaman dan latihan dalam proses tersebut. Penjiwaan sangat dibutuhkan dalam setiap pementasan sebuah tarian.
Menurut Didik, ada ungkapan menari tidak perlu bagus, tapi yang terpenting menari dengan penuh penjiwaan.
Baca juga:
Ratusan Penari di Tulungagung Meriahkan Perayaan Hari Tari Sedunia
"Penjiwaan dalam setiap menari mutlak sangat dibutuhkan, dan itu bagian dari Wiroso," ujar dia.
Didik menambahkan, tantangan yang dihadapi oleh penari tradisi saat ini adalah modernisasi. Gempuran modernisasi yang terjadi mengikis seniman tari tradisional. Hal ini harus disikapi serius oleh seniman tari. Jika tidak, tari tradisional akan punah.
"Boleh kita mengikuti moderenisasi tapi harus diimbangi dengan yang tradisi, kalau semua menari modern siapa yang menari tarian tradisional," ungkapnya.
Baca juga:
Mengenal Sanggar Wikus, Komunitas Tari Profesional di Gresik
Dalam workhsop yang diikuti oleh sanggar tari dan guru di wilayah eks Karisidenan Kediri, Didik berpesan agar penari muda tetap semangat dalam berkarya. Meski proses yang harus dilalui cukup lama dan berat, mereka tetap harus melestarikan kesenian tari tradisional.
"Untuk bisa menjadi sempurna memang ada proses yang harus dilewati, tetap semangat para penari muda," pungkasnya.
URL : https://jatimnow.com/baca-46231-didik-nini-thowok-tantangan-penari-tradisional-adalah-modernisasi