Jombang - Dampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap hewan ternak semakin dirasakan masyarakat. Tak terkecuali pemilik rumah makan nasi rawon legendaris di Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Kini, rumah makan nasi rawon yang dikenal dengan irisan daging sapi super besar itu mengalami penurunan pelanggan.
"Pembeli ada penurunan, ya. Dampak dari PMK, kondisinya menurun sampai 30 persen," ungkap Agus Rudiono, pengelola Rumah Makan Rosobo, Selasa (21/6/2022).
Setiap harinya sebelum ada wabah PMK, Agus bisa menghabiskan 1,8 kuintal daging sapi. Bahkan pada Sabtu dan Minggu bisa mencapai 3 kuintal.
"Kalau sekarang, hari biasa 80 kg. Kalau Sabtu dan Minggu itu bisa 2 kuintal per harinya," terang Agus.
Untuk menyiasatinya, pengelola rumah makan terpaksa menggunakan daging impor. Tujuannya agar para pelanggan tetap nyaman menyantap sajian nasi rawon dengan lauk daging sapi berukuran super besar.
Baca juga:
BPBD Umumkan PMK di Jatim Terkendali, Ini Datanya
"Di sini mengambil daging impor. Harganya lebih mahal dari daging lokal. Kalau impor harganya Rp89 ribu per kg, kalau lokal sekitar Rp82 per kg," tukasnya.
Sementara itu, Samsul Huda (47) salah satu pelanggan Rumah Makan Rosobo mengaku tidak terlalu khawatir dengan adanya PMK. Ia sudah 5 kali menikmati nasi rawon Rosobo.
Baca juga:
Ratusan Peternak Terdampak PMK di Ponorogo Akhirnya Dapat Ganti Rugi
"Biasa saja, sudah ke sini 5 kali. Ya, karena dagingnya itu besar dan sesuai dengan harganya," pungkasnya.