Pixel Code jatimnow.com

Usaha Kuliner di Kota Kediri Terus Menggeliat, Meningkat 2 Kali Lipat

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Yanuar Dedy
Tanto Wijohari (kiri) usai meresmikan gerai bakery di Burengan Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Tanto Wijohari (kiri) usai meresmikan gerai bakery di Burengan Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Industri perdagangan di Kota Kediri terus menggeliat. Gerai-gerai baru khususnya kuliner terus bermunculan di Kota Tahu. Sejak 2022 hingga saat ini peningkatan bahkan mencapai 100 persen lebih.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Tanto Wijohari menyebut, di 2021 angka penambahan usaha baru khususnya kuliner hanya di angka 666. Saat ini telah mencapai 1.234 usaha, seperti gerai bakery, restoran dan kopi-kopi kekinian.

Secara umum, perdagangan juga mendominasi dalam peningkatan investasi di Kota Kediri.

Dari catatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) capaian realisasi investasi Kota Kediri Semester I tahun 2022 mencapai Rp1,48 triliun di atas target RPJMD yang hanya Rp800 miliar. Sektor perdagangan ini mendominasi dengan angka investasi sebesar Rp733,60 miliar.

“Kita mulai bergerak dari pandemi sampai sekarang insya Allah 100 persen lebih lah. Terutama kuliner, untuk yang ekonomi kreatif seperti kerajinan ya bertambah cuma nggak signifikan seperti yang di kuliner seperti ini,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Tanto Wijohari usai meresmikan gerai Dea Bakery, di Kelurahan Burengan, Kota Kediri, Kamis (12/1/2023).

Sebagai titik tengah di kawasan Kediri Raya, Kota Kediri menurut Tanto menjadi pusat kegiatan masyarakat. Hal ini lah yang mendorong tumbuhnya usaha perdagangan di sini.

Bukan hanya skala lokal, melainkan gerai-gerai besar nasional. Seperti Dea Bakery yang sudah mempunyai 31 cabang di Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Pekanbaru.

Baca juga:
3 Tahap Kembangkan Bisnis Kuliner di Indonesia

“Kita (Kota Kediri) ini kan pusat kegiatan masyarakat di Kediri Raya. Kita ada di titik tengah, mulai Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Jombang titik tengahnya Kediri,” tambahnya.

Selain itu, fasilitasi dan kemudahan untuk urusan perizinan juga menjadi salah satu faktor pendorong. Menurut Tanto semua fasilitasi ini gratis.

“Sekarang kita pemerintah fasilitasi mulai dari halal, merk dan IMB gratis semua, ini yang juga akhirnya banyak usaha baru bermunculan,” terangnya.

Termasuk karakter masyarakat Kediri yang cenderung konsumtif. Berdasarkan survei kecil oleh Dea Bakery, tingkat konsumsi masyarakat di Kota Kediri cukup tinggi. Hal itu juga yang mendorong mereka membuka gerai ke-31 di kota paling bahagia ini.

Baca juga:
Plating, Intuisi Seni Penyajian Sebuah Hidangan

“Ada peluang besar di sini (Kota Kediri). Karena selain konsumsi harian, budaya masyarakat soal hajatan ini juga tinggi. Ada hajatan, ulang tahun, untuk oleh-oleh juga,” terang Mulyani Hadiwijaya, owner Dea Bakery.

Konsep value for money yang diusung Dea Bakery juga pas dengan bidikan pasar menengah di Kota Kediri. Dimana mereka menawarkan harga murah dengan kualitas yang tidak murahan, mulai dari Rp2.500 saja.