Pixel Codejatimnow.com

Viral, Warga Ponorogo Resah Kabar Bahaya Vaksinasi

 Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dr Yayuk Dwi
Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dr Yayuk Dwi

jatimnow.com - Munculnya postingan di media sosial (medsos) soal bahaya vaksinasi hingga menyebabkan meninggal dunia, meresahkan ibu rumah tangga atau yang mempunyai anak usia balita di Ponorogo

Seperti yang sempat ramai di Info Cegatan Wilayah Ponorogo (ICWP), seorang ibu bernama Pippid Sugiarto memposting bahwa anaknya telah meninggal akibat vaksinasi MR Measles Rubella (MR) di sekolahnya.

Hal itu membuat banyak ibu mulai mundur untuk tidak memvaksinasi anaknya. "Ya saya baca kemarin di grup ICWP ramai banget," kata Lestari, warga Ronowijayan Ponorogo.

Ia mengaku ketakutan untuk melakukan vaksinasi kepada anaknya yang berumur 2,5 tahun. Tidak hanya vaksin MR saja, bahkan, dirinya memutuskan tidak memberikan vaksin difteri kepada anaknya.

"Saya putuskan tidak memvaksinasi anak saya. Daripada kenapa-kenapa. Sampai ada sosialisasi dari dinas terkait," tegasnya.

Di sisi lain, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dr Yayuk Dwi menyatakan, sampai saat ini belum ada laporan kematian akibat vaksinasi. "Belum ada laporan. Itu di media sosial. Kami akan telusuri," janjinya.

Baca juga:
CEO Jatim dan Unicef Dorong Pebisnis Sukseskan Vaksinasi Polio, Ini Caranya

Namun, ia berharap, jangan sampai ibu di Ponorogo malah tidak memberikan vaknisasi terhadap anaknya. Ia berharap jangan ditelan mentah-mentah informasi yang berseliweran.

"Orang tua harus terlebih dulu memahmi imunisasi atau vaksinasi, yang mana adalah pemberian anti gen vaksin, sebagi bentuk kekebalan tubuh," tambahnya

Menurutnya, vaksinisasi maupun imunisasi sudah ada sejak dulu. Jika tidak ada sejak dulu, orang yang terkena cacar sudah banyak.

Baca juga:
Gus Muhdlor Minta 2000 Guru di Sidoarjo Turut Sukseskan Sub PIN Polio

"Vaksinasi akan berhasil jika tepat sasaran, dan pemberian menyeluruh serta merata. Namun jika ada yang menolak, maka akan berpeluang juga beresiko penyakit masuk," pungkasnya.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes