Pixel Code jatimnow.com

Kue Cucur Urip Sumoharjo, Jajanan Manis yang Legendaris di Surabaya

Editor : Arif Ardianto   Reporter : Farizal Tito
Khusma sedang membuat kue cucur
Khusma sedang membuat kue cucur

jatimnow.com - Saat melintas di trotoar kawasan Jalan Urip Sumoharjo, Surabaya tepatnya di sebelah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), kita bisa menemukan jajanan legendaris kue cucur. Bagi warga asli Surabaya mungkin sudah tak asing lagi dengan penjual kue cucur ini.

Meski banyak bermunculan berbagai macam kue. Pedagang kue cucur legendaris bernama Khusma 58 itu sudah hampir seperempat abad atau 25 tahun tetap setia berjualan kue tradisional berbentuk bulat dan memiliki perpaduan rasa manis dan gurih.

Baca juga:
3 Tahap Kembangkan Bisnis Kuliner di Indonesia

Perempuan paruh baya warga Jalan Keputran Panjunan I, Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya ini menjelaskan proses untuk membuat kue cucur. Adonan yang terdiri dari tepung beras, gula merah, gula putih, mentega, ini dicampur dan diaduk hingga halus.

Selanjutnya panaskan minyak goreng dengan wajan kecil, lalu tuangkan adonan dengan satu sendok sayur, tunggu beberapa detik tak lebih dari satu menit. Diangkat dengan tusuk sate dan tiriskan.

Itulah proses pembuatan kue cucur yang dilakukan ibu dengan lima orang anak dan lima cucu yang hidup bersamanya itu. Ia mengaku setiap satu kue cucur, dijualnya dengan harga seribu rupiah saja.

Dengan dua kompor gas yang ditutupi triplek sebagai penghalang angin, ia menjual kue cucur di pintu masuk parkiran toko Arlisa atau toko perabotan rumah tangga.

"Ya selain tidak memiliki rombong dan stan permanen saya berjualan di sini sudah dari tahun 1993, ya hitung-hitung menyambung hidup karena dulu berjualan rokok tapi diangkut Satpol-PP jadi saya coba-coba jualan gorengan," terang Khusma saat ditemui jatimnow.com di tempatnya berjualan, Jumat (20/9/2018).
 
Khusma berjualan di parkiran toko Arlisa dari pukul 09.00 Wib hingga pukul 21.00 wib. Dengan sistem ikut buka tutupnya toko. Artinya buka pagi pertengahan hari atau siang tutup dan buka kembali saat sore hari hingga malam.

"Ya Alhamdulillah untungnya biasa buat sambung hidup antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu perhari nya. Itu pun kalau sedang sepi pembeli. Jika sedang ramai, Khusma bisa meraih omset hingga Rp500 ribu," aku Khusma.

Khusma, mengakui jika kue cucurnya jadi primadona khususnya para staf perkantoran yang berada di sana. Bahkan ia memiliki pelanggan setia yang datang ke gerobak sederhananya ini setiap hari sembari belanja perabotan rumah tangga di toko Arlisah.

"Kalau pagi saya disini ada langganan, kalau ramai setiap harinya habis lima hingga tujuh kilogram tepung beras, dan ada sekitar 40 orang pelanggan yang datang tiap hari. Biasanya pelanggan beli kue Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribuan," tuturnya.

Khusma berharap usaha yang digelutinya selama 25 tahun ini bisa diteruskan oleh anak-anaknya, dan suatu saat bisa memiliki cabang.

Baca juga:
Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya