jatimnow.com - Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Surabaya di Juanda menjalankan arahan dari Kemenkes untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap Virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di Cina.
Kepala BBKK Surabaya di Juanda, Rosidi Roslan mengatakan bahwa kegiatan pengawasan dan surveilans terhadap pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang melalui pintu terminal internasional (T2) Bandara Juanda lebih ditingkatkan.
"Secara umum kegiatan penjagaan, pengawasan dan surveilans penyakit menular sudah kami lakukan sehari-hari. Namun dalam rangka HMPV kami lebih intensifkan sesuai arahan
dari pusat," ucapnya, Jumat (10/1/2025) sore.
Ia melanjutkan petugas kini dibekali informasi yang cukup dan update termasuk screening dan edukasi penumpang yang suhu tubuh lebih dari 38 celcius atau yang bergejala flu seperti batuk dan pilek lebih diintensifkan.
Rosidi mengungkapkan belum ada data deteksi HMPV yang masuk melalui pintu Internasional Bandara Juanda. Sementara BBKK Surabaya terus berkoodinasi juga dengan instansi dan lintas sektor perihal update data dan informasi terkait penyakit menular yang menjadi kewaspadaan bersama.
Lebih lanjut, selain BBKK Surabaya melalukan pengawasan melalui thermal scanner, selain itu juga melakukan pemantauan dashboard Satu Sehat Health Pass (SSHP), sebagai salah satu aplikasi elektronik untuk monitoring kesehatan kedatangan PPLN, yakni dengan melakukan pengisian di pintu masuk yang berkordinasi dengan otoritas lainnya di pintu masuk.
"Kami sudah siapkan alat untuk scan barcode SSHP di dekat thermal scanner. Semua sarana sudah siap, nanti pelaksanaan terus kami koordinasikan dengan otoritas dan lintas sektor
terkait," ujarnya.
Baca juga:
HMPV Dikabarkan Masuk Indonesia, Daop 9 Jember: Kereta Api Aman
PHBS jadi kunci lawan HMPV
Rosidi menceritakan HMPV merupakan virus RNA yang pertama kali ditemukan di Belanda pada tahun 2000.
"Seperti kebanyakan penyakit flu, gejala HMPV antara lain adalah demam, pilek, batu, sakit tenggorokan, brokiolitis atau peradangan salutan udara kecil, kesulitan bernafas, hingga pneumonia," terangnya.
Cara penularan virus ini melalui kontak langsung dengan penderita, droplet (udara), dan sentuhan dengan permukaan benda-benda yang terkontaminasi.
"Dalam kondisi tubuh yang sehat, bugar dan sistem imun yang baik, virus tidak akan berkembang. Namun yang perlu diwaspadai adalah kelompok rentan seperti anak balita, lansia diatas 65 tahun, orang sakit atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, pasien penyakit pernapasan kronis," imbuh Rosidi.
Baca juga:
Virus HMPV Mulai Merebak di Indonesia, Berikut Gejala hingga Pola Pengobatannya
Rosidi berpesan agar pelaku perjalanan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Apabila pelaku perjalanan yang melalui pintu masuk negara jika mengalami gejala flu atau membutuhkan bantuan kesehatan bisa mendatangi BBKK terdekat atau mengakses layanan fasilitas kesehatan lainnya.
"Di manapun berada, PHBS jangan pernah ditinggalkan seperti cuci tangan, menggunakan masker, menghindari kerumunan, melakukan vaksinasi, cukup istirahat, olah raga cukup, makan-makanan sehat, kelola stress, agar tubuh selalu fit dan sehat baik sebelum, saat dan sesudah perjalanan. Insya Allah kita semua dihindarkan dari berbagai virus," pungkasnya.