jatimnow.com – Ribuan ekor ikan nila di Telaga Ngebel, Ponorogo, mati mendadak sejak Jumat (31/1/2025). Fenomena ini diduga akibat munculnya belerang yang menyebabkan ikan kehabisan oksigen.
Sejumlah pembudidaya ikan di Telaga Ngebel mulai menyisihkan ikan nila yang mati maupun yang masih bertahan di dalam keramba mereka. Beberapa ikan yang sudah mati diberikan kepada ikan lele karena diyakini lebih kuat bertahan.
Pembudidaya ikan nila di Telaga Ngebel, Dwi Prasetyo mengungkapkan bahwa kematian ikan ini terjadi akibat cuaca buruk yang memicu keluarnya belerang.
“Ikan-ikan ini mati karena cuaca buruk yang menyebabkan belerang muncul. Akibatnya, ikan mabuk lalu mati karena kekurangan oksigen,” ujar Dwi, Kamis (6/2/2025).
Dwi menjelaskan bahwa kematian ikan nila ini mulai terjadi sejak angin kencang melanda wilayah tersebut pada Jumat (31/1/2025). Ia sendiri mengalami kerugian besar dengan lebih dari 1.000 ekor ikan mati dalam kerambanya.
Hal senada diungkapkan oleh Mulyadi, pembudidaya lainnya. Menurutnya, tanda-tanda kemunculan belerang sudah terlihat sejak Jumat lalu, ditandai dengan angin kencang yang bertiup sejak malam hingga pagi hari.
Baca juga:
Bersih-bersih Sungai Ngrowo Tulungagung, Sampahnya Ancam Kehidupan Ikan
“Kemunculan belerang ini memang sudah terlihat dari Jumat malam. Saya terlambat mengantisipasi, seharusnya ikan segera diambil pada hari Kamis. Tapi ketika saya ambil pada Minggu, ternyata sudah mati,” ungkapnya.
Ikan nila yang mati mayoritas merupakan indukan dengan berat 1 ekor lebih dari satu kilogram. Awalnya, hanya sekitar 50 ekor ikan yang mati, namun jumlahnya terus bertambah hingga beberapa hari kemudian.
Sebagian ikan yang masih bertahan langsung dipanen untuk mencegah kerugian lebih besar.
Baca juga:
Sepekan Ramadan, Ribuan Ikan Air Tawar di Pacitan Mati
“Senin, saya ambil yang mati untuk diberikan ke lele, Selasa (4/2/2025) saya ambil lagi yang masih kecil, tapi masih hidup dan layak jual,” tambahnya.
Fenomena kematian massal ikan di Telaga Ngebel ini bukan pertama kali terjadi. Cuaca ekstrem yang menyebabkan keluarnya belerang kerap menjadi penyebab utama. Para pembudidaya pun diimbau untuk terus memantau kondisi air guna mencegah kerugian yang lebih besar di masa mendatang.