jatimnow.com - Berangkat dari keresahan orang tua mengenai kesiapan buah hati ketika mengenyam pendidikan formal, seorang akademisi Universitas Muhammadiyah Lamongan berhasil merancang instrumen lewat penelitian ilmiah.
Dr Ati'ul Impartina lewat disertasinya, berhasil mengembangkan dan menyusun instrumen kesiapan sekolah untuk pendidikan usia dini prasekolah atau jenjang TK - SD.
Berkat hasil penelitian Ati’ul Impartina, resmi meraih gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat usai menyelesaikan Ujian Terbuka Promosi Doktor di Program S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret (UNS).
Temuan ini menjadi langkah awal yang penting dalam dunia pendidikan Indonesia, mengingat hingga kini belum ada alat ukur baku yang dapat menilai kesiapan anak untuk masuk sekolah.
Adapun instrumen yang dikembangkan oleh Dr. Ati’ul menitikberatkan pada lima aspek: kesiapan bahasa, kesiapan fisik, kognitif, dan sosial-emosional, peran orang tua dan guru.
Dengan pendekatan ini, orangtua atau guru dapat mengevaluasi secara menyeluruh apakah seorang anak memang telah siap secara menyeluruh untuk masuk sekolah.
“Melalui instrumen ini, diharapkan para orangtua tidak lagi menebak-nebak. Mereka bisa menilai secara objektif kesiapan anak, sehingga anak dapat menjalani proses belajar di sekolah dengan bahagia dan optimal,” jelas Dr. Ati’ul, Minggu (24/08/2025).
Baca juga:
Formulasi Tekan Stunting Ala DWP Lamongan
Lebih jauh, Dr. Ati’ul berharap bahwa instrumen ini bisa terus diteliti dan dikembangkan oleh Pemerintah sebagai akselerasi pendidikan usia dini dan sekolah dasar.
Menurut Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, SpA(K), staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) sekaligus sebagai Promotor mengatakan, keberadaan instrumen kesiapan sekolah ini sangat penting, karena tidak semua anak usia sekolah secara otomatis siap untuk memasuki dunia pembelajaran formal.
"Setiap anak memiliki perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional yang berbeda. Di negara lain, asesmen kesiapan sekolah sudah dilakukan sejak lama, namun tidak bisa serta-merta kita adopsi karena faktor budaya dan konteks sosial kita sangat berbeda," ujar Prof Harsono.
Baca juga:
Karnaval MAN 1 Lamongan, Ruang Kreasi Pelajar Dalam Bingkai Euforia Kemerdekaan
Penelitian ini juga membuka peluang kolaborasi antara sektor pendidikan dan kesehatan anak, mengingat kesiapan sekolah adalah bagian integral dari tumbuh kembang anak secara keseluruhan.
Dengan adanya instrumen ini, diharapkan proses penerimaan peserta didik baru terutama di jenjang TK dan SD bisa dilakukan lebih terarah dan berbasis kebutuhan anak, bukan semata-mata usia.
Langkah inovatif ini menjadi bukti bahwa kontribusi ilmiah dari daerah seperti Lamongan dapat memberikan dampak luas bagi sistem pendidikan nasional.