jatimnow.com-Santri di Pondok Pesantren (ponpes) Abdul Malik Fajar di Kabupaten Malang, membuat varian es krim berbahan daun kelor. Bahan ini diolah hingga menjadi serbuk yang menjadi bahan baku pembuatan eskrim oleh dua siswa kelas X bernama Khairunnisa Aqila Nurrahima dan Rivqa Raswa Qanita.
Khairunnisa Aqila Nurrahima mengatakan, ide pembuatan eskrim dari daun kelor diawali dari kurangnya minat dirinya dan beberapa siswa di Ponpes terhadap sayuran. Biasanya menu sayur masih tersisa, hingga akhirnya ia dan temannya memiliki ide jika bahan tersebut diolah menjadi es krim.
"Kalau lagi makan sayur di asrama itu nggak sepenuhnya habis menu di asrama. Jadi kita berpikir awalnya cuma ngawur saja, kalau sayur dijadikan eskrim itu enak nggak sih, terus waktu ada lomba kemarin itu ngusulin ke pembina kita membuat eskrim dari daun kelor," ujarnya, Selasa (11/11/2025).
Ia lantas membaca literasi dan meneliti akan kandungan daun kelor. Dari sanalah diperoleh bahwa daun kelor merupakan salah satu jenis bahan-bahan yang bisa diolah jadi sayuran, dengan kaya akan kalsium tinggi, Vitamin A dan B, yang cocok untuk meninggikan postur tubuh di masa pertumbuhan. Selain itu, daun kelor juga disebut memiliki antioksidan pencegah kanker, diabetes, hingga penyakit jantung.
"Kebetulan kita termasuk santri-santri yang agak pendek, saya sama Rivqa habis pulang saya melihat lagi ngetren suplemen kesehatan buat tambahan tinggi. Saya tertarik, tapi waktu nyoba itu rasanya pahit banget akhirnya nggak suka. Daun kelor ini kalsiumnya tinggi cocok untuk meninggikan badan," jelasnya.
Selama proses pembuatan es krim, Nisa dan Rivqa mengalami beberapa kendala, di antaranya mengukur komposisi takaran daun kelor, susu, kuning telur, tepung maizena, dan coklat. Mereka menyebut, hanya perlu 3 - 4 lembar daun kelor untuk 7 - 8 stik es krim.
"Jika komposisi daun kelor terlalu banyak akan pahit. Penyesuaian takarannya agak susah, manisnya seberapa, terus kelornya juga harus tepat biar nggak kepahitan," kata pelajar kelas X ini.
Baca juga:
Gawat! Uji Air di Malang Temukan 11 dari 12 Sampel Terpapar Mikroplastik
Dari daun kelor yang baru dipetik tersebut prosesnya dimulai dengan pengeringan. Daun kelor dijemur di luar tapi tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Daun kelor itu dijemur hingga berwarna hijau tua hingga kecoklatan. Kemudian daun kelor tersebut dihaluskan dengan cara diblender. Serbuk daun kelor ini kemudian dicampur dengan bahan es krim lain seperti susu, telur, dan tepung maizena.
Es krim daun kelor karya santri di Malang
Selanjutnya, adonan yang sudah dicetak dimasukan ke dalam freezer atau kulkas hingga benar-benar menjadi es. Menariknya meski sudah menjadi es krim, tekstur es kasar-kasar masih terasa. Menurutnya, tekstur kasar itu karena timnya tak menggunakan bahan gelatin yang identik melembutkan eskrim.
"Es krim buatan kami ini tanpa pengawet, tanpa pewarna buatan. Jadi memang secara tekstur kasar, karena tidak dicampur gelatin," ungkap dia.
Baca juga:
Malang dan Ponorogo Ditetapkan Menjadi Jaringan Kota Kreatif UNESCO
Kini eskrim daun kelor itu sudah mulai diproduksi dalam jumlah banyak, meskipun hanya untuk dipasarkan di internal pondok pesantren. Satu stik eskrim dibanderol Rp 3.500-4.000, sedangkan yang cup dijual Rp 4.000.
Inovasi kedua santri ini sendiri juga sempat ikut Santripreneurship di Sidoarjo, Jawa Timur. Tapi sayang inovasi es krim daun kelor ini hanya masuk finalis 10 besar tanpa menyabet juara.
Reporter: M Aris