jatimnow.com - Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Ulum yang sempat membantah santrinya tewas karena dianiaya senior dan berdalih hanya terjatuh dari lantai dua kamarnya mengaku mendapatkan keterangan dari WN.
Pengurus pondok putra Ponpes Mamba'ul Ulum, Mahfudin Akbar (33), menjelaskan perkataan yang disampaikan oleh Anisatul Fadillah sesuai dari keterangan yang disampaikan WN.
Baca juga:
- Dianiaya Senior, Seorang Santri Mamba'ul Ulum Mojokerto Tewas
- Begini Kronologi Santri Mamba'ul Ulum Mojokerto Tewas Dianiaya Senior
- Penganiayaan Santri Mamba'ul Ulum Mojokerto, Ponpes: Korban Terjatuh
- Polisi Selidiki Penyebab Tewasnya Santri Mamba'ul Ulum Mojokerto
- Ini Penyebab Tewasnya Seorang Santri di Mamba'ul Ulum Mojokerto
- Senior Penganiaya Santri Mamba'ul Ulum Mojokerto Ditetapkan Tersangka
Ia menambahkan, Anisatul Fadillah sempat bertanya ke WN di IGD RSUD dr Prof Soekandar Mojosari, Selasa (20/8) dinihari waktu itu Ari Rivaldo (16), sedang menjalani perawatan medis.
"Mungkin WN takut, bilangnya ke Ning Fadilah Ari jatuh dari lantai 2 asrama santri. Saat itu juga saya ketemu WN, tapi tidak sempat menanyai dia," kata Mahfudin Akbar, Sabtu (24/8/2019).
Gus Didin sapaan akrab Mahfudin Akbar menambahkan, dirinya mendapat kabar jika Ari berada di rumah sakit dari ustaz Mamba'ul Ulum. Menurutnya, setelah penganiayaan itu, Ari yang terluka parah dibawa oleh pelaku dan seorang temannya ke rumah sakit tanpa melapor ke pihak Ponpes.
"Karena tidak bisa mengurus administrasi, WN kembali ke pondok dan membangunkan ustaz. Kemudian ustaz itu mengabari saya sekitar pukul 04.00 Wib," jelasnya.
Gus Didin sendiri mengaku fokus pada penyembuhan kepada Ari yang terluka parah. Ketika Ari dinyatakan meninggal di RSI Sakinah, Sooko sekitar pukul 12.00 Wib, dirinya juga masih sibuk mengurus jenazah dan pemakaman Ari, sehingga tidak bisa menggali keterangan terkait luka yang dialami korban.
"Saat itu saya sendiri tidak bisa mengambil keputusan penyebab Ari meninggal karena apa. Karena belum ada hasil autopsi, olah TKP dan lainnya," ungkapnya.
Saat ini, polisi sudah menetapkan WN sebagai pelaku anak, Gus Didin hanya pasrah dan mengikuti proses hukum lebih lanjut.
Baca juga:
Perampokan Minimarket di Tulungagung Terungkap, Ini Faktanya
"Proses hukumnya kami ikuti, pesantren hanya mendamaikan keluarga korban dan pelaku agar almarhum Ari tenang di alam sana. Biaya rumah sakit serta pemakaman pondok yang memfasilitasi," tandasnya.
Sebelumnya, pengurus pondok putri Anisatul Fadillah (32) melontarkan pernyataan jika tewasnya Ari Rivaldo karena terjatuh dari lantai 2 asrama santri putra pada Selasa (20/8).
Ia juga berkata, Ari jatuh dari ketinggian kurang lebih 10 meter akibat mengantuk dan kelelahan usai ikut lomba gerak jalan. Tetapi hasil penyelidikan dan penyidikan serta autopsi dari RS Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong Sidoarjo berkata lain.
Hasil penyelidikan polisi, kepala santri warga Desa Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo ini ditendang dua kali oleh WN (17) di kamar asrama Ari di Desa Awang-Awang, Senin (19/8) sekitar pukul 23.30 Wib.
Tendangan pelaku warga Tanjungkenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ini membuat kepala korban membentuk tembok kamar, sehingga tengkorak kepala bagian belakang pecah.
Baca juga:
Dikeroyok di Tempat Karaoke Hingga Patah Tulang Hidung, Warga Jember Lapor Polisi
Satreskrim Polres Mojokerto menetapkan WN sebagai pelaku anak (tersangka) penganiayaan hingga Ari tewas.
Penganiayaan santri junior yang dilakukan senior terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Ulum Desa Awang-awang, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Korban dinilai melanggar peraturan atau keluar kamar tanpa ijin kepada seniornya. Pelaku mencari di sekitar pondok dan menemukan korban di luar pondok, lalu dibawa ke kamar dan terjadi penganiayaan.
Pelaku memukul korban dengan tangan kosong dan sempat membentur tembok menyebabkan Ari Rivaldo mengeluarkan darah dan muntah darah hingga meninggal.
URL : https://jatimnow.com/baca-19140-ponpes-mambaul-ulum-mojokerto-siap-ikuti-proses-hukum