Pixel Codejatimnow.com

Cerita Pertemuan dengan Perempuan Cantik Bak Putri Raja di Alas Purwo

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Budi Sugiharto
Penampakan kamar salah satu penginapan di Alas Purwo, Banyuwangi (foto-foto: Budi Sugiharto/jatimnow.com)
Penampakan kamar salah satu penginapan di Alas Purwo, Banyuwangi (foto-foto: Budi Sugiharto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Beberapa tahun yang lalu, untuk kedua kalinya saya (penulis) menginjakkan kaki di Bumi Blambangan Banyuwangi. Saat itu belum ada media yang tertarik mengulas pariwisata kabupaten paling timur di Pulau Jawa tersebut.

Saya mengikuti Family Trip yang digelar Dinas Pariwisata setempat, mengundang agen travel. Saat itu jadwal destinasi yang dikunjungi sangat padat, termasuk hingga penangkaran penyu di Sukamade. Kendaraan yang dipakai pun khusus, yaitu jenis trooper.

Salah satu destinasi yang dikunjungi adalah Pantai Plengkung, Alas Purwo. Ombak di pantai itu dianggap surganya para peselancar. Peselancar menamakan pantai itu G-Land.

Saya berkesempatan menginap di salah satu penginapan di G-Land. Saat itu saya satu kamar bersama teman reporter, sebut saja Paijo.

Baca juga: 

Kamar penginapan itu memang khas. Sebab setiap kamar yang ada, tidak menggunakan kunci. Tempat tidurnya dikemas ala tempo dulu, dengan bingkai selambu sebagai pelindung serangan nyamuk.

Sebelum saya tidur, sekitar pukul 02.00 Wib, saya dan Paijo sempat menikmati malam yang disediakan penginapan dengan menu lodeh. Saya sempat menghampiri sebuah pohon besar yang diselimuti kain kotak-kotak hitam putih ala Bali. Saya sempat bertanya apa alasan batang pohon itu diselimuti kain.

Kendaraan khusus jenis trooper yang mengantar rombongan jurnalis menuju Alas Purwo, BanyuwangiKendaraan khusus jenis trooper yang mengantar rombongan jurnalis menuju Alas Purwo, Banyuwangi

Setelah itu, kami berdua kembali ke kamar hingga rasa kantuk tiba dan saya tertidur. Tak lama berselang, bau wangi menyengat hidung hingga membuat saya terjaga. Saat membuka kedua mata saya, samar-samar saya melihat seorang perempuan cantik berbusana Jawa, seperti putri raja.

Perempuan itu berdiri tepat di ujung kaki saya, di atas tempat tidur. Tanpa berkata apapun, perempuan cantik itu terus memandangi saya sambil tersenyum. Sontak, saya ketakutan dan berteriak mencoba membangunkan Paijo.

Baca juga:
Ngabuburit Antimainstream Santri di Banyuwangi Susuri Jalur Terjal Gua Istana

"Jo, tangi Jo (Jo, bangun Jo)," teriak saya.

Karena Paijo tak kunjung bangun, keringat dingin saya mulai bercucuran. Saya mengambil sandal gunung dan melemparkannya ke arah Paijo yang saat itu tertidur pulas. 

Saat sosok perempuan itu menghilang, bau wangi semerbak memenuhi seisi kamar. Paijo yang tadinya tertidur pulas kemudian terbangun dan hanya tertawa melihat saya.

Pengalaman kedua juga saya alami di Banyuwangi. Saat itu, saya ikut rombongan sebuah operator selular mengunjungi salah satu pantai di laut selatan. Begitu sampai di pantai, rombongan turun dari mobil. Tapi tidak bagi saya.

Ternyata, saya turun sendirian dan berjalan menuju batu karang yang lokasinya jauh dari rombongan. Rasanya, seperti ada yang menuntun saya. Saat itu saya sempat menceburkan kaki ke air laut, tapi ombak besar tiba-tiba datang. Saya pun tersadar, hingga membuat badan saya gemetar karena ketakutan.

Baca juga:
Evakuasi Pesawat yang Mendarat Darurat di Banyuwangi Tunggu Penyelidikan KNKT

Saat saya ketakutan, seorang fotografer asal Surabaya peserta rombongan, berjalan ke arah saya. Namun tiba-tiba ia berbalik arah meskipun sudah saya panggil berulangkali. Dia hanya tertawa.

Setelah kejadian itu, saya menggali informasi dan mendapat jawaban bahwa tidak jauh dari tempat saya tersesat, terdapat makam yang dikeramatkan.

Setelah melalui rasa takut yang luar biasa, akhirnya saya berhasil berkumpul kembali dengan rombongan.

Lagi lagi Paijo membuat saya ketakutan. Bagaimana tidak, dia bercerita bahwa batu karang yang saya datangi itu pernah ia tulis. Kata dia, tempat itu merupakan lokasi pendaratan Kanjeng Ratu Roro Kidul.