Pixel Code jatimnow.com

SDN di Ponorogo Ini Hanya Menerima 1 Siswa Saat PPDB 2022/2023

Editor : Sofyan Cahyono   Reporter : Mita Kusuma
Suasana SDN Jalen Kecamatan Balong, Ponorogo.(Foto: Mita Kusuma)
Suasana SDN Jalen Kecamatan Balong, Ponorogo.(Foto: Mita Kusuma)

Ponorogo - Tahun ajaran baru 2022/2023 di SDN Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, terasa berbeda. Bagaimana tidak, SD itu hanya mendapatkan 1 siswa saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Pantauan di lokasi, siswa tersebut berjenis kelamin laki-laki. Yakni, Khoirul yang berusia 6 tahun.

Khoirul terlihat paling kecil dibanding 33 siswa lainnya saat berjajar di sekolah, Rabu (13/7/2022) pagi. Mereka menggunakan pakaian seragam olahraga berwarna oranye. Lalu melakukan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)

Meski sendiri, semangat belajarnya tak patah. Dia juga berani walaupun harus bergaul dengan kakak kelasnya.

"Tahun ini kelas 1, siswa hanya 1 orang. Tahun lalu juga hanya 3 orang," ujar Kepala SDN Jalen Dedy Ady Nugroho.

Guru-guru SDN Jalen telah berusaha melakukan sosialisasi. Pertama ke TK terdekat agar bisa sekolah di SDN Jalen. Namun hasilnya tetap sama. Hanya satu orang yang mendaftar sebagai siswa di SDN Jalen.

Baca juga:
Lita Machfud Arifin Kunjungi Persebaya Future Lab, Ini Pesannya

Analisa Dedy, kemungkinan besar karena warga memilih menyekolahkan anaknya ke MI Swasta yang berada di sebelah Utara SDN Jalen. Berdirinya MI swasta sejak 5 tahun lalu membuat siswa SDN Jalen semakin sedikit. Sekalipun pihak SDN Jalen sudah mengadakan beberapa program.

"Juga ada iming-iming pakaian gratis. Ada tambahan pelajaran agama seperti di MI. Tapi ya itu, tetap belum berhasil untuk tahun ini," tegasnya.

Baca juga:
Anggota DPR-RI Komisi X Tegaskan Tak Ada Tes Baca Tulis pada Penerimaan Siswa SD

Ke depan, 1 siswa itu tetap bakal diajar. Sebab orang tua siswa tidak berkenan untuk berpindah. Perihal data pokok pendidikan (Dapodik) sudah dilaporkan ke pengawas. Artinya, masih bisa menjadi siswa SDN Jalen karena guru yang mengajar adalah GTT non-Dapodik.

"1 Siswa ditetapkan diajar sendiri. Harapan kami tersendiri, pembelajaran berbeda. Tetapi ada masukan wali kelas. Anak itu ingin ada temannya. Biar beradaptasi dulu, 2 guru," pungkasnya.