Pixel Codejatimnow.com

Para Pemimpin Kaum Muda Bangsa, Selamat Hari Sumpah Pemuda 2023!

Editor : Redaksi  
Ilustrasi (dream.co.id for jatimnow.com0
Ilustrasi (dream.co.id for jatimnow.com0

jatimnow.com - Hari ini kita memperingati Hari Sumpah Pemuda ke -97. Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini bisa dikatakan istimewa, karena di tahun ini, gerakan pemuda Indonesia menunjukkan terobosan (baca: manuver) yang menarik.

Terbaru, dari dunia politik, pemuda usia 36 tahun ini berhasil menjadi Calon Wakil Presiden untuk Pemilu 2024, Gibran Rakabuming Raka, terlepas dari latar belakang dirinya sebagai anak Joko Widodo, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Dari dunia teknologi gaming, ada Faerie Afterlight, game hasil rancangan kaum muda di Kota Malang, Jawa Timur, yang telah dirilis secara global. Game yang terinpirasi dari filosofi dan kesenian Indonesia ini telah banyak dimainkan oleh gamers internasional. 

Bukan itu saja prestasi kaum muda Indonesia di tahun 2023 ini. Tentu masih banyak prestasi yang ditorehkan di berbagai bidang, olahraga, pendidikan, kesehatan, bahkan juga budaya.

Namun di sisi lain, dari tayangan dan postingan media sosial kaum muda kita, masih semarak dengan pola pikir ‘setengah jadi’. Pribadi yang jemawa, lekas berpuas diri, terlalu percaya diri, membuat postingan media sosial yang mengangkat sebuah peristiwa remeh temeh, kemudian diposting dengan komentar yang remeh temeh pula, yang sayangnya, malah viral yang berimplikasi langsung pada popularitas yang meroket.

Kejutan-kejutan media sosial itu harus diakui membuat mereka pembuat postingan menjadi tenar mendadak, dan beberapa di antaranya, kaya mendadak. Lalu apa?

Sebagian kaum muda mungkin terus bergerak membuat postingan lain yang lebih heboh lagi, demi meraih popularitas lebih banyak lagi, (baca: cuan), sebagian lagi malah mandeg dengan postingan yang sama, bila perlu digoreng kembali, agar tetap berada dalam radius pemantauan pengguna media sosial (baca : fans).

Namun sebagian lagi, yang tampaknya memiliki prosentase paling sedikit, memilih untuk kembali pada passion dan memanfaatkan media sosial hanya sebagai penunjang untuk rencana masa depan yang lebih sehat.

Bila Rhoma Irama melalui lagu Darah Muda, menyebut pribadi kaum muda “selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah, menang sendiri meski salah tak mau peduli, berpikirnya sekali saja tanpa menghiraukan akibatnya”.

Sementara Presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno, yang lebih memandang pada kekuatan dan energi kaum muda, mengeluarkan statement “Beri aku 10 pemuda akan kuguncang dunia”. Pernyataan ini menunjukkan potensi luar biasa dari kaum muda. Begitulah seorang pemimpin besar, ia bisa melihat peluang yang dimiliki dari bangsa yang dipimpin.

Baca juga:
Pimpin Peringatan Sumpah Pemuda, Kakanwil Kemenkumham Jatim Ingatkan Semangat Gotong Royong

Namun potensi sebesar apapun bisa tersia-sia tanpa pemimpin yang cakap yang mampu mengkombinasi potensi, mengkolaborasikan dengan sejumlah pihak sekaligus menutup kelemahan atau kekurangan. Disinilah tanggung jawab para pemimpin kaum muda, pemimpin ormas, pemimpin lembaga hingga pemimpin bangsa ini.

Seorang Gibran yang masuk dalam konstelasi Pemilu 2024, ajang pemilihan pemimpin negara ini, yang sekaligus pemimpin warga Solo, yang notabene masih berusia sangat muda, yakni 36 tahun, memiliki tanggung jawab yang sama dengan para pemimpin terdahulu, andai ia terpilih sebagai wakil presiden.

Namun mengingat dirinya juga sebagai Wali Kota Solo, tanggung jawab itu tetap melekat meski dirinya tidak berhasil mencapai posisi wakil presiden 2024.

Namun bukan hanya Gibran, para pemimpin gerakan pemuda, ormas, lembaga, komunitas di berbagai bidang pun memiliki tanggungjawab moral dan sosial yang sama. Meski hal ini sudah disadari, namun bukan berarti tanggung jawab ini menjadi mudah.

Kembali pada nyanyian Rhoma Irama soal karakter kaum muda tadi, yang menjadi tantangan yang sangat menarik untuk dipecahkan.

Baca juga:
Bupati Mundjidah Ajak Maknai Sumpah Pemuda dengan Membangun Bangsa

Di sisi lain, ada pula kontradiksi dari karakter kaum muda di era pasca pandemi saat ini. Karakter mereka tidak lagi meledak, namun lebih manja hingga muncul istilah mager (males gerak), PW (posisi wenak) yang bermakna tidak adanya niat untuk bergerak, atau melakukan sesuatu.

Kehadiran gadget dengan jaringan internet yang seolah mampu menjawab semua persoalan  menjadi nyaris satu-satunya referensi yang mereka andalkan. Buku tidak lagi menjadi sumber pustaka. Fakta peristiwa tidak lagi menjadi sumber data paling valid, karena tergantikan oleh peristiwa yang dihadirkan melalui media sosial, meski tanpa kevalidan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Sekali lagi, ini adalah tantangan bagi para pemimpin di negeri ini. Pimpinlah generasi muda kita dengan cerdas, agar tercapai cita-cita bangsa ini.

,