Pixel Code jatimnow.com

Bupati Tulungagung Boyongan ke Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bangsa

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Bramanta Pamungkas
Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo saat mengikuti tradisi boyongan. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo saat mengikuti tradisi boyongan. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo mengikuti upacara tradisi Boyongan Ndalem Keprabon di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bangsa. Tradisi ini menandai Gatut akan menempati dan tinggal di Pendopo selama menjabat sebagai Bupati Tulungagung.

Gatut mengungkapkan, pemilihan hari boyongan ini tidak dilakukan secara sembarang. Boyongan dilakukan malam hari dan memiliki arti tibo kukuh dalam penanggalan Jawa.

Kukuh, lanjut Gatut, bermakna kokoh. Ini menandakan keinginan pemkab untuk menjadi penopang yang kokoh dalam pemerintahan, yakni dengan cara bersinergi dengan seluruh jajaran di lingkup Pemkab.

“Hari ini saya melakukan boyongan dari rumah Gandong ke Pendapa di Tulungagung. Saya mencari hari ini adalah hari yang terbaik menurut keluarga kami. Hari ini kalau orang Mataraman tibo kukuh,” ujarnya, Jumat (7/3/2025) malam.

Gatut juga mengaku menerima instruksi khusus dari Gubernur Jatim untuk meningkatkan sinergitas Pemkab dengan Pemprov. Hal ini bertujuan untuk memastikan program yang dicanangkan di tingkat pusat bisa direalisasi secara paripurna di tingkat daerah.

Baca juga:
Khofifah Bahas Efisiensi Anggaran hingga SR pada Sertijab Bupati Tulungagung

“Intinya, pemerintah daerah harus bersinergi dengan Pemprov, sesuai asta cita Pak Prabowo,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Boyongan Ndalem Keprabon Bupati Tulungagung, Fuad Saiful Anam menerangkan, agenda ini merupakan salah satu bentuk menjaga tradisi dan budaya Jawa.

Baca juga:
Pemkab Tulungagung Wacanakan Penerapan Parkir Berlangganan Lagi

Terdapat banyak makna di rangkaian prosesi boyongan, mulai dari pemilihan waktu, pemilihan barang-barang yang dibawa boyongan, hingga pemilihan atau penggunaan setelan Gatut Sunu.

“Ini dalam rangka nguri-uri budaya leluhur ya. Jadi orang Jawa masih punya ada seperti ini lihat banyak sekali tanda-tanda atau pralampito itu bagian dari doa sebenarnya,” pungkasnya.