Pixel Codejatimnow.com

Stimulan Jamban Sehat Efektif Tekan Jumlah Balita Stunting di Ponorogo

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Advertorial
Program stimulan jamban sehat di Ponorogo
Program stimulan jamban sehat di Ponorogo

jatimnow.com - Program stimulan jamban sehat yang dicanangkan oleh Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni yang digulirkan sejak Tahun 2015 membuat angka warga yang buang air besar (BAB) sembarangan di Bumi Reog turun.

Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Ponorogo, Tahun 2015 mengalokasikan 1.313 stimulan jamban sehat.

Pada 2016, stimulan ditambah menjadi 1.652. Sempat terhenti pada 2017, program berlanjut lagi pada 2018 tercatat ada 4.435 stimulan diberikan daerah. Tahun 2019 lalu, stimulan diberikan sebanyak 4.000.

"Untuk tahun 2020 ini direncanakan akan ada 6 ribu stimulan," kata Kepala Dinkes Ponorogo, drg Rahayu Kusdarini, Rabu (4/3/2020).

Ia menjelaskan, stimulan jamban sehat sukses menekan angka buang BAB sembarangan atau open defecation free (ODF). Tahun 2019, angka ODF tinggal 14.631 kepala keluarga (KK).

"Per hari ini, angka ODF atau yang belum mengakses jamban sehat di Ponorogo berjumlah 12.776 KK. Sudah jauh berkurang sejak 2015," terangnya.

Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni

Diharapkan di Tahun 2020, penyandang status ODF dari BAB sembarangan akan semakin turun.

Sebelumnya, persoalan sanitasi di Tahun 2014 memantik Pemkab untuk menggulirkan program tersebut.
Pemerintah pusat saat itu juga menggulirkan program bantuan jambanisasi. Namun dipandang kurang efektif mengurangi angka ODF.

"Saat dievaluasi, pemberian jamban menjadi kurang efektif karena BAB sembarangan itu bukan karena orang tidak punya jamban. Tapi lebih karena perilaku," terangnya.

Baca juga:
Anggota TNI di Ponorogo Gembalakan Ratusan Domba ke Hutan, Ini Alasannya

Program stimulan jamban sehat, lanjut Irin (panggilan akrab Kepala Dinkes, drg Rahayu Kusdarini), memicu masyarakat untuk mempunyai rasa memiliki atau handarbeni. Itulah yang membedakan antara program jambanisasi dan stimulan jamban sehat.

Kepala Dinkes Ponorogo, drg Rahayu Kusdarini

"Ketika masyarakat ikut membangun, harapannya mereka akan menggunakan jamban sehat tersebut. Lima tahun lalu, ketika penerima sudah diberi jamban tapi tetap di sungai. Itulah kenapa diubah menjadi stimulan karena perlu peran dari penerima bantuan," jelasnya.

Stimulan jamban sehat secara konsisten memberikan manfaat karena semakin banyak desa yang menyandang status ODF alias terbebas dari BAB sembarangan.

Baca juga:
Arus Balik dan Mudik, 122.958 Orang Naik Bus dari Terminal Seloaji Ponorogo

Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni menargetkan Bumi Reog berstatus kabupaten ODF di Tahun 2021. Dari data yang dihimpun dinkes, tinggal 74 desa yang belum menyandang status ODF.

"Ini yang akan segera diselesaikan pada tahun ini," kata Bupati Ipong.

Menurutnya, ODF penting karena sanitasi sangat erat berkaitan dengan persoalan lain. Stunting misalnya, salah satu penyebabnya adalah sanitasi yang kurang baik.

Perbaikan sanitasi sejak 2015 lewat program stimulan jamban sehat pun turut berkontribusi terhadap penurunan persentase stunting daerah. Dari 37 persen di awal program bergulir, kini tinggal 17,26 persen.

"Sanitasi yang sehat sangat penting bagi ibu hamil supaya terhindar dari diare. Dengan begitu bayi yang dikandung dapat tercukupi gizinya, sehingga terlahir sehat dan tidak stunting," jelasnya.